PR Berat Indonesia Eximbank, NPL Tahun Ini Sentuh 23,3%

Monica Wareza, CNBC Indonesia
18 November 2020 16:45
Dok.Indonesia Eximbank
Foto: Dok.Indonesia Eximbank

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank memproyeksikan nilai kredit bermasalah (non performing loan/NPL) pada tahun ini sebesar 23,3% atau dengan nilai Rp 21,70 triliun.

Jumlah ini turun dari NPL hingga akhir Oktober 2020 yang sebesar Rp 22,72 triliun.

Direktur Eksekutif LPEI Daniel James Rompas mengatakan perusahaan tengah berupaya untuk menurunkan tingkat NPL ini dalam beberapa tahun ke depan. Perseroan menargerkan rasio ini bisa terus ditekan hingga mencapai 7,3% pada 2024 mendatang.

"NPL merupakan fokus kami buat rencana ke depan. NPL di 2019 Rp 22,8 triliun. Diproyeksikan di 2020 turun Rp 1,1 triliun jadi Rp 21,7 triliun. Dan di tahun berikutnya kami proyeksikan turun Rp 3 triliun sehingga pada 2024 kami berharap NPL netto 5% atau 4,4%," kata Daniel dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (18/11/2020).

Perbaikan NPL ini akan diikuti dengan peningkatan rasio pencadangan perusahaan yang di akhir tahun ini diperkirakan baru akan mencapai 49%. Sedangkan dalam 4 tahun ke depan diharapkan coverage ratio bisa lebih dari 200%.

"Perbaikan ini diimbangi aktivitas yang baik melakukan perbaikan yang ada," kata dia.

Dia mengungkapkan, untuk mendukung perbaikan ini perusahaan bakal lebih selektif lagi dalam memberikan pembiayaan kepada beberapa sektor.

Ke depan, perusahaan akan berfokus pada pembiayaan UKM dan jasa konstruksi yang ditargetkan di tahun depan bisa tumbuh Rp 4 triliun di tahun depan.

Selanjutnya, perusahaan akan memperbesar jasa pengembangan komunitas untuk desa devisa. Ini merupakan jasa pelatihan kepada desa-desa yang berada pada wilayah yang berdekatan dengan daerah penghasil komoditas yang berorientasi ekspor.

"Aktivitas lain penjaminan ada Rp 100 triliun mandat, untuk LPEI kami capai Rp 26 triliun kontribusi jaminan program pemerintah. Penugasan khusus ekspor (PKE) bantu sektor tertentu yang merupakan prioritas (national interest account) akan fokus di daerah daerah yang akan meningkatkan ekspor," jelasnya.

Adapun hingga 31 Oktober 2020 lalu perusahaan telah memberikan pembiayaan sebesar Rp 92,36 triliun.

Dari nilai tersebut eksposur paling besar diberikan kepada sektor perindustrian dengan nilai mencapai Rp 43,46 triliun atau 47% dari total seluruh pembiayaan.

Selain itu ada sektor pertanian, perburuan dan sarana pertanian senilai Rp 17,99 triliun atau 20% dan sektor pertambangan sebesar Rp 7,61 triliun atau 8% dari total pembiayaan tahun ini.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ditopang China Eximbank & ICBC, LPEI Dapat Utang Rp 8,6 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular