
Rencana Besar Erick di BRI-Pegadaian-PNM, Telkom Suntik Gojek

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa kemarin (17/11/2020). IHSG melompat 0,64% dan ditutup di 5.529,194.
Nilai transaksi yang tercatat hingga berakhirnya perdagangan mencapai Rp 14,38 triliun. Asing masuk ke pasar saham Indonesia dengan nilai beli bersih (net buy) sebesar Rp 680,76 miliar. Ditambah dengan pasar nego dan tunai, asing masuk total mencapai Rp 739,55 miliar.
Investor memang sedang on fire. Risk appetitepara pelaku pasar bangkit dengan kabar gembira yang bertubi-tubi terkait perkembangan vaksin Covid-19. Setelah minggu lalu Pfizer, BioNTech dan Gamaleya Research Institute mengklaim bahwa kandidat vaksin mereka memiliki tingkat keampuhan lebih dari 90%, kini giliran Moderna.
Perusahaan bioteknologi asal AS itu mengembangkan vaksin untuk Covid-19 dengan platform yang sama dengan Pfizer dan BioNTech yang menggunakan molekul RNA. Kandidat vaksin Covid-19 Moderna disebut punya tingkat keampuhan 94,5%.
"Kami akan memiliki vaksin yang dapat menghentikan Covid-19," kata Presiden Moderna Stephen Hoge dalam wawancara telepon dengan Reuters.
Untuk memulai lagi perdagangan hari ini, Rabu (18/11, ada baiknya disimak sederet kabar emiten yang terjadi kemarin.
1. Gagal Bayar Indosterling Rp 1,2 T, Ini Saran Satgas & OJK
Satgas Waspada Investasi (SWI) buka suara perihal kerugian investasi yang dialami sebanyak 1.041 nasabah PT Indosterling Optima Investa (IOI) akibat gagal bayar produk High Yield Promissory Notes (HYPN) yang menjanjikan imbal hasil 9% hingga 12% setiap tahun.
Ketua SWI Tongam L Tobing menyebutkan, Satgas mendukung proses hukum yang saat ini sedang dilakukan di Kepolisian. Pasalnya, banyak nasabah yang dirugikan dengan total dana kelolaan sebesar Rp 1,2 triliun yang berpotensi gagal bayar karena sudah masuk Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan.
"Kami sangat mendorong proses hukum kepada IOI apabila ada masyarakat yang dirugikan," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (16/11/2020).
2. Resmi! Jual Menara Rp 10 T, Telkomsel Suntik Gojek Rp 2,1 T
Aksi korporasi yang dilakukan anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) yang masuk ke decacorn Indonesia, PT Karya Anak Bangsa atau Gojek, bukan cerita baru.
Apalagi Telkomsel baru mendapatkan dana segar Rp 10,3 triliun hasil penjualan 6.050 menara telekomunikasi (Base Transceiver Station/BTS) ke sister company-nya PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).
Telkomsel benar-benar resmi menjadi salah satu pemegang saham Gojek dengan menyuntik US$ 150 juta atau setara Rp 2,1 triliun (asumsi Rp 14.000/US$). Kerja sama ini sudah disepakati Senin kemarin (16/11/2020).
3. Menteri Erick Ungkap Rencana Besar di BRI, Pegadaian & PNM
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kembali buka-bukaan mengenai arah pengembangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ke depan. Salah satu rencana besarnya adalah menyatukan bank pelat merah tersebut dengan dua perusahaan negara lainnya.
Erick menyampaikan hal tersebut saat menjawab mengenai peran pemerintah terutama Bank Himbara yang didalamnya ada BRI dalam menyalurkan bantuan di program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Menurutnya, BRI telah disinergikan dengan dua perusahaan BUMN lainnya untuk memiliki satu data. Sehingga dalam penyaluran bantuan terutama bagi UMKM bisa lebih mudah.
"Kemarin khususnya untuk usaha mikro kita coba sinergikan BUMN BRI, Pegadaian, Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk bisa mempunyai program satu data. Seperti konsolidasi himbara yang ada di banknya syariah," ujarnya, Selasa (17/11/2020).
4. Duh! Dinyatakan Pailit, Saham Mitra Pemuda Disuspensi Bursa
Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham PT Mitra Pemuda Tbk (MTRA) karena perseroan diputus pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Hal tersebut disampaikan otoritas bursa melalui keterbukaan informasi.
"Dapat kami sampaikan bahwa Joint Operation PT Mitra Pemuda Tbk. dan Qingjian International (South Pacific) Group Development (CNQC-MTRA-JO) telah diputus pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 9 November 2020," kata Kepala Divisi Penilaian Perusahaan I Adi Pratomo Aryanto dalam surat yang dipublikasikan, Selasa (17/11/2020).
Selanjutnya, Bursa memutuskan untuk melakukan penghentian sementara perdagangan efek MTRA di seluruh pasar, mulai sesi I perdagangan hari Selasa, 17 November 2020 hingga pengumuman Bursa lebih lanjut.
5. Saat MNC Kurangi Porsi, Lo Kheng Hong Malah Anteng di BMTR
Investor saham kawakan Lo Kheng Hong masih setia memegang saham induk bisnis media Grup MNC, yakni PT Global Mediacom Tbk (BMTR) di saat holding Grup MNC yakni PT MNC Investama Tbk (BHIT) justru mengurangi porsi kepemilikan sahamnya.
Mengacu data kepemilikan saham 5% yang dipublikasikan Kustodian Sentral Efek Indonesia (BEI), porsi saham Lo Kong Heng di saham BMTR per 12 November sebanyak 942.184.700 saham atau 5,68%, begitu juga per 13 November juga tetap sama.
Adapun kepemilikan induk Grup MNC yakni BHIT di saham BMTR per 12 November sebanyak 5.585.892.600 atau 35,33%, kemudian pada 13 November porsinya berkurang lagi menjadi 35,24% atau sebanyak 5.844.220.700 saham.
6. Laba Tugu Insurance Kuartal III-2020 Melesat Jadi Rp 235 M
Di tengah kondisi pandemi global yang disertai badai resesi, PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) mencatatkan kinerja positif pada triwulan III-2020.
Pada triwulan III-2020 ini, Emiten Anak Perusahaan BUMN PT Pertamina (Persero) yang memiliki kode saham TUGU ini meraih laba tahun berjalan konsolidasian sebesar Rp 235,08 miliar, meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2020 yang sebesar Rp 98,42 miliar. Dengan demikian, dalam satu kuartal, Tugu meraih laba Rp 136,66 miliar.
Hingga periode triwulan III-2020, Tugu Insurance mencatatkan pencapaian premi secara konsolidasi sebesar Rp 4,57 triliun, lebih rendah 7,35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 4,94 triliun.
7. Trans Sumatera Bikin Berdarah-Darah BUMN Tol, Butuh Rp 80 T
BUMN tol PT Hutama Karya (Persero) menyebutkan untuk menyelesaikan pembangunan Tol Trans Sumatera tahap I, hingga 2023 nanti masih dibutuhkan tambahan ekuitas mencapai Rp 80 triliun.
Dana ini dibutuhkan agar perusahaan tak menambah beban keuangan perusahaan akibat pinjaman yang ditanggung jika pendanaan bersumber dari utang.
Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengatakan dalam proyeksi yang dibuat perusahaan hingga 2029 nanti perusahaan masih akan mengalami negative cashflow hingga 2029 mendatang. Hal ini lantaran perusahaan harus tetap membiayai beban bunga yang terus meningkat dari pendanaan proyek ini.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mimpi Erick Thohir! Simbiosis Mutualisme BRI, PNM & Pegadaian
