
Investor Juga Manusia! Sudah Cuan Gede, Rupiah Dijual-jualin

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Investor juga manusia, tentu tergiur dengan keuntungan yang sudah didapat daru rupiah sehingga ada hasrat untuk mencairkannya.
Pada Rabu (18/11/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.020 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun tidak butuh waktu lama, rupiah langsung masuk jalur merah. Pada pukul 09:05 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.030 di mana rupiah melemah 0,07%.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,5% di hadapan dolar AS. Rupiah jadi mata uang terbaik di Asia.
Mata uang Tanah Air memang sedang menggila. Dalam sebulan terakhir, rupiah menguat 4,36% secara point-to-point. Tidak ada mata uang Asia yang bisa menyamai pencapaian itu.
Oleh karena itu, pasti akan datang saatnya investor akan merasa sudah mendapat untung besar dari rupiah. Hasrat untuk mencairkan cuan membuncah, rupiah pun terhempas tekanan jual.
Tidak hanya di Indonesia, aksi ambil untung (profit taking) memang sedang menjadi tema di pasar keuangan global sejak kemarin. Bursa saham Eropa ditutup melemah, demikian pula di New York.
Kemarin malam waktu Indonesia, indeks DAX 30 (Jerman) terkoreksi tipis 0,04%, IBEX (Spanyol) melemah 0,65%, dan FTSE (Inggris) berkurang 0,87%. Sedangkan di Wall Street, indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,56%, S&P 500 terpangkas 0,48%, dan Nasdaq Composite minus 0,21%.
"Pasar sudah menguat cukup solid dalam dua pekan terakhir. Kalau kemudian terkoreksi 0,5% tidak buruk-buruk amat," ujar Jamie Cox, Managing Partner di Harris Financial Group, seperti dikutip dari Reuters.
Ditambah lagi memang ada alasan bagi pelaku pasar untuk mundur dulu. Pasalnya, penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) semakin mencemaskan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 17 November 2020 adalah 54.771.888 orang. Bertambah 456.751 orang (0,84%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (4-17 November 2020), rata-rata tambahan pasien baru mencapai 557.817 orang (1,1%) per hari. Melonjak dibandingkan 14 har sebelumnya yaitu 471.670 orang (1,09%) per hari.
Sejumlah negara pun menempuh upaya yang lebih tegas untuk membendung penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Pemerintah Kota Tokyo berencana untuk menaikkan status darurat ke level empat, level tertinggi. Jika ini diterapkan, maka jam kerja di perkantoran wajib dikurangi.
Kemudian di Negara Bagian Iowa, pemerintah setempat memperketat aktivitas kumpul-kumpul warga. Seluruh aktivitas berkumpul di dalam ruangan hanya boleh dihadiri maksimal 15 orang, sementara di luar ruangan paling banyak 30 orang. Bar dan restoran wajib tutup pukul 22:00. Warga yang keluar rumah wajib memakai masker jika bepergian ke tempat yang dirasa tidak bisa menjaga jarak.
"Tidak ada yang mau melakukan ini. Namun kalau warga Iowa tidak patuh, maka kita akan kalah. Bisa-bisa nanti seluruh tempat usaha akan tutup sementara, sekolah kembali harus belajar online, layanan kesehatan tumbang, dan lebih banyak nyawa akan melayang," tegas Kim Reynolds, Gubernur Iowa dari Partai Republik, seperti dikutip dari Reuters.
Bayang-bayang karantina wilayah (lockdown) yang sempat pergi kini kembali menghantui. Tentu masih segar dalam ingatan bagaimana lockdown pada kuartal II-2020 membuat ekonomi dunia nyaris lumpuh total dan membuat banyak negara jatuh ke jurang resesi.
Sepanjang belum ada vaksin anti-virus corona, maka pemerintah akan terus menjalankan kebijakan buka-tutup. Saat kasus berhasil ditekan, aktivitas publik akan dibuka secara bertahap. Namun begitu ada lonjakan lagi, terpaksa ditutup kembali.
"Jadi sentimen yang beredar akan bergantian, vaksin vs virus, bolak-balik begitu. Ini akan terus terjadi sampai vaksin benar-benar datang," kata Joseph Sroka, Chief investment Officer di NovaPoint yang berbasis di Atlanta, sebagaimana diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
