
Buang Dolar AS! Saatnya Investasi di Krona Norwegia

Calvin Tse, ahli strategi Citigroup mengatakan pelaku pasar seharusnya mulai berinvestasi ke dolar Australia dan krona Norwegia, dua mata uang yang terkait dengan komoditas. Sebabnya, saat perekonomian bangkit, harga komoditas akan ikut terkerek naik dan tentunya menguntungkan bagi negara-negara pengekspor komoditas, sehingga nilai mata uangnya akan terkerek naik.
Selain itu, menurut Tse, bank sentral Norwegia (Norges Bank) mengambil sikap relatif hawkish ketimbang negara-negara lainnya, termasuk The Fed. Selain itu, nilai tukar krona Norwegia juga disebut sangat undervalue.
Melansir data Refinitiv, krona pada perdagangan hari ini, Selasa (17/11/2020) berada di level 9,0331/US$, sepanjang tahun ini (year-to-date/YtD) melemah sekitar 3%. Sementara itu melawan rupiah, berada di level Rp 1.552,58/NOK, melemah sekitar 1,7% YtD.
Pada Kamis (5/11/2020) lalu, Norges Bank mengumumkan mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 0%, dan akan mempertahankan kebijakan akomodatif hingga ada tanda-tanda pemulihan ekonomi yang jelas.
"Perekonomian yang merosot tajam dan ketidakpastian yang membayangi menunjukkan suku bunga akan dipertahankan hingga ada tanda-tanda yang jelas perekonomian mulai kembali normal," kata Norges Bank sebagaimana dilansir Reuters.
Antara Maret sampai Mei, Norges Bank sudah memangkas suku bunga sebanyak 3 kali, dan memproyeksikan kenaikan suku bunga baru akan dilakukan pada 2022.
Para ekonom yang disurvei Reuters memprediksi Norges Bank akan menaikkan suku bunga di semester I 2022.
Artinya, Norges Bank akan lebih cepat melakukan normalisasi suku bunga ketimbang The Fed yang mengindikasikan kenaikan pertama pada tahun 2023.
Sebelum Citigroup, bank investasi Goldman Sachs pada awal Juni lalu melihat mata uang krona Norwegia (NOK) akan sangat unggul saat dunia menerapkan new normal. Sehingga Goldman memberikan saran jual (short) pasangan dolar AS dan beli (long) untuk krona Norwegia.
Dalam catatan yang dikutip CNBC International, analis Goldman Sachs melihat infrastruktur kesehatan Norwegia dan posisi fiskal yang bagus sebagai dasar saran tersebut.
"Kondisi demografi dan infrastruktur medis domestik [Norwegia] menjadikan negara ini lebih siap menghadapi wabah ketimbang banyak negara lain. [Ditambah lagi] posisi fiskal yang kuat menempatkan [Norwegia] pada keuntungan yang berbeda," tulis analis Goldman, yang dipimpin oleh Co-Head pertukaran mata uang global Goldman, Zach Pandl dan Kamakshya Trivedi, dalam catatan, dilansir CNBC International, Selasa (2/6/2020).
"Saat [negara] lain terpaksa membatasi dukungan kebijakan fiskal atau secara dramatis menambah pinjaman - keduanya berpotensi memicu mata uangnya negatif - Norwegia mampu mengembalikan dana dari investasinya di luar negeri, membantu mendukung ekonomi dan mata uangnya [terapresiasi]," tulis Goldman.
Berdasarkan data dari Healtcare Ranking, Norwegia berada diperingkat 11 infrastruktur kesehatan terbaik di dunia berdasarkan jumlah populasi penduduk tahun 2020. Posisi tersebut jauh di atas Amerika Serikat yang berada di peringkat ke 37, sehingga, Norwegia jadi unggul dalam hal penanganan pandemi Covid-19 ketimbang AS.
Sementara itu dari sisi fiskal, Norwegia merupakan salah satu kreditor terbesar di dunia. Untuk membiayai pengeluaran fiskal guna menanggulangi Covid-19 tidak perlu berhutang, cukup dengan merepatriasi dananya.
Berdasarkan data CEIC, posisi investasi internasional netto (net international investment position/NIIP) Norwegia sebesar US$ 960,6 miliar. Nilai tersebut menggambarkan investasi asing yang dilakukan pemerintah, swasta, maupun individu Norwegia di luar negeri.
Dengan nilai tersebut, Norwegia menjadi negara kreditor terbesar ke-enam di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]