Transformasi Digital Mengubah Wajah Perbankan Secara Drastis

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
17 November 2020 13:03
Ilustrasi Mobile Apps (Designed by Freepik)
Foto: Ilustrasi Mobile Apps (Designed by Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia- Di era percepatan digital berbagai sektor harus beradaptasi dengan cepat agar tidak tertinggal termasuk sektor keuangan dan perbankan. Bahkan, proyeksi McKinsey soal 'gelombang kedua' penggunaan otomasi semakin mendesak ketika virus Covid-19 merebak di seluruh dunia termasuk.

Pandemi ini membuat masyarakat harus banyak berada di rumah dan banyak melakukan kegiatan secara digital, termasuk layanan perbankan. Kebutuhan layanan digital dan otomasi pun meningkat drastis, dan harus dijawab cepat oleh industri.

"Mesin dapat mengambil peran hingga 10-25% dari fungsi pekerjaan di bank, menaikkan kapasitasnya, dan memungkinkan pegawai bank fokus pada proyek dan pekerjaan yang bernilai lebih tinggi," tulis McKinsey.

Harus diakui pandemi ini mempercepat ke arah peradaban menuju revolusi industri 4.0, di mana layanan konsumen, termasuk layanan perbankan, dilakukan secara digital. Hal ini bakal mengubah wajah perbankan secara drastis.

Hal ini terkonfirmasi dalam laporan firma konsultan Bancography di Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa bank-bank di Negeri Adidaya itu telah mengurangi kantor baru sejak 2013, di tengah kian berkembangnya layanan perbankan digital (digital banking).


Hal ini menunjukkan bahwa tren digital banking memang tidak terelakkan, dan hanya tinggal menunggu waktu sampai kemudian masyarakat benar-benar bermigrasi penuh menggunakan layanan perbankan berbasis digital.Pada 2019, sebanyak 2.400 kantor cabang bank ditutup, sementara pembukaan kantor cabang baru hanya 1.100. Artinya, ada selisih 1.300 kantor cabang yang hilang dalam setahun. Padahal lima tahun sebelumnya (2013-2018) jumlah selisih kantor cabang berkisar 800-1.000 per tahun.

Di Indonesia, kalangan bankir telah mafhum dengan arah perubahan tersebut dan mulai fokus melakukan transformsi. Salah satunya, PT Bank Mega Tbk (MEGA) yang beberapa tahun terakhir telah membangun digitalisasi dan otomasi, dengan membangun infrastuktur pendukung dan mencari talent terbaik untuk mempercepat proses digitalisasi dan otomasi di lingkungannya.

"Kebijakan strategis dan inisiatif utama yang kami terapkan sepanjang 2019 adalah fokus pada transformasi teknologi informasi dalam hal otomasi dan digitalisasi untuk mendukung perkembangan bisnis retail dan perbankan digital, meningkatkan kenyamanan nasabah, mitigasi risiko operasional serta efisiensi biaya operasional," tutur Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib.

Sebagai bagian dari ekosistem CT Corp, Bank Mega akan menjadi hub keuangan di antara perusahaan-perusahaan lainnya di grup. Oleh karena itu, perseroan harus bisa menjadi back bone dalam pembangunan sistem finansial yang terintergrasi di dalam ekosistem tersebut.

Selengkapnya simak Riset CNBC Indonesia tentang Bersiap Menyambut Gelombang Kedua Otomasi Perbankan.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wacana Pelemahan OJK Ternyata Merugikan Perbankan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular