
2 Dolar Tumbang Lawan Rupiah, tapi Tidak Dolar Australia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (16/11/2020), padahal dolar Amerika Serikat (AS) dan Singapura melemah. Rilis data ekonomi China membantu dolar Australia menguat pada hari ini.
Melansir data Refinitiv, dolar Australia menguat 0,41% ke Rp 10.326,67/AU$ siang tadi di pasar spot. Padahal, dolar AS dan Singapura masing-masing melemah 0,18% dan 0,23%.
Data dari China menunjukkan investasi asing (foreign direct investment/FDI) naik 6,4% pada periode Januari-Oktober dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya 5,2%, dan sudah tercatat mengalami peningkatan dalam 4 bulan beruntun.
Kembali mengalirnya arus modal ke Negeri Tiongkok menunjukkan perekonomiannya bangkit dari kemerosotan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19), serta kepercayaan investor yang mulai pulih. Sebelumnya, FDI di China mengalami penurunan pada periode Februari-Juni.
China merupakan mitra dagang utama Australia, pulihnya perekonomian Negeri Tiongkok tentunya akan mengerek naik perekonomian Negeri Kanguru.
Kepada ekonom Commonwealth Bank of Australia (CBA), Gareth Aird, melihat pemulihan ekonomi Australia akan lebih cepat dari prediksi.
"Penyebaran Covid-19 di Australia tetap rendah, khususnya penyebaran di komunitas, kebangkitan ekonomi di tahun 2021 akan mengejutkan banyak pihak," katanya.
Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor sebesar US$ 14,39 miliar sementara impor adalah US$ 10,78 miliar. Artinya, neraca perdagangan mencatatkan surplus US$ 3,61 miliar.
Dibandingkan dengan Oktober 2019 (year-on-year/YoY) ekspor turun 3,29%. Sedangkan impor anjlok 26,93%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Oktober 2020 surplus US$ 2,2 miliar. Sementara konsensus Reuters memperkirakan di angka US$ 2,44 miliar. Realisasinya ternyata jauh lebih banyak dari proyeksi.
Neraca dagang Indonesia kini sudah mencatat surplus dalam 6 bulan beruntun, dan selama peiode 10 bulan tahun ini, defisit tercatat hanya terjadi di bulan Januari dan April.
Rilis surplus neraca dagang seharusnya memberikan tenaga bagi rupiah untuk kembali menguat, tetapi melawan dolar Australia masih tidak berdaya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
