Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Sepertinya investor masih belum puas menjual rupiah karena keuntungan yang didapat memang sudah banyak.
Pada Kamis (12/11/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.070 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.
Namun tidak lama kemudian rupiah melemah. Pada pukul 09:06 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.100 di mana rupiah melemah 0,21%.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,21% di hadapan dolar AS. Ini adalah koreksi perdana setelah penguatan selama enam hari perdagangan beruntun. Dalam enam hari itu, apresiasi rupiah mencapai nyaris 4%.
Sejak akhir Oktober hingga kemarin, rupiah masih menguat 3,79% secara point-to-point. Mata uang Tanah Air masih menjadi yang terbaik di Asia.
Oleh karena itu, godaan untuk menangguk cuan memang sangat besar. Pelaku pasar sudah 'menang banyak' dari rupiah, sayang kalau tidak segera dicairkan. Tekanan jual masih menerpa rupiah sehingga nilai tukarnya bergerak melemah.
Faktor eksternal juga berperan dalam pelemahan rupiah. Pasar keuangan global yang sempat bergairah karena kabar soal vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) kini 'tiarap' lagi.
Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup variatif. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah tipis 0,08%, tetapi S&P 500 menguat 0,77% dan Nasdaq Composite melonjak 2,01%.
Lesatan Nasdaq menunjukkan investor lagi-lagi mengincar saham-saham teknologi. Harga saham Apple melejit 3,04%, Microsoft terangkat 2,63%, dan Intel terdongrak 2%.
Saham-saham teknologi mendapat angin ketika masyarakat masih harus #dirumahaja karena kebijakan pembatasan sosial (social distancing) dalam rangka meredam penyebaran virus corona. Sebab kalau masih 'terpenjara' di rumah, cuma ponsel, laptop/komputer, dan televisi yang menjadi teman ssehari-hari. Makanya saham-saham teknologi kerap dijuluki stay-at-home stocks, emitennya semakin cuan kalau masyarakat belum bisa keluar rumah.
Artinya, pelaku pasar belum yakin hidup akan segera kembali normal lagi meski ada kabar positif dari pengembangan vaksin. Memang masih dibutuhkan restu dari otoritas kesehatan, pembuatan secara massal, dan distribusi yang merata. Ini semua butuh waktu yang tidak sebentar.
"Untuk berpikir bahwa hidup yang kita jalani selama sembilan bulan terakhir akan berubah drastis dalam waktu singkat adalah sesuatu yang sangat optimistis. Pasti akan makan waktu" kata Shawn Snyder, Head of Investment Strategy Citi Personal Wealth Management, seperti dikutip dari Reuters.
Investor yang sempat agresif kini kembali bermain aman. Aset-aset berisiko lagi-lagi ditinggalkan, dan pelaku pasar berpaling ke pelukan aset aman (safe haven) yang salah satunya adalah dolar AS.
Pada pukul 08:07 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,06%. So, tidak heran rupiah melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA