
Penjualan Ritel RI Minus 10 Bulan, Rupiah Akhirnya "Menyerah"

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan pada perdagangan Rabu (11/11/2020) setelah membukukan penguatan 6 hari beruntun.
Selain aksi ambil untung, rupiah juga tersandung data penjualan ritel Republik Indonesia (RI).
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 14.040/US$. Tidak sempat ke zona hijau, rupiah langsung K.O. dan berada di level Rp 14.060/US$, melemah 0,14% pada pukul 12:00 WIB.
Kemarin rupiah membukukan penguatan tipis 0,07% di Rp 14.040/US$, meski sebelumnya sempat menguat 0,53% ke Rp 13.975/US$, level terkuat dalam 5 bulan terakhir.
Sementara selama menguat dalam 6 hari terakhir total sebesar 4%, dan pergerakan kemarin dan hari ini memperlihatkan adanya risiko koreksi akibat aksi ambil untung (profit taking).
Data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan ritel di bulan September masih mengalami kontraksi 8,7% year-on-year (YoY). Meski membaik dari bulan sebelumnya kontraksi 9,2% YoY, tetapi penjualan ritel Indonesia sudah mengalami kontraksi dalam 10 bulan beruntun.
"Perbaikan penjualan eceran terjadi pada sebagian besar kelompok komoditas yang dipantau seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tercatat tumbuh positif dalam dua bulan terakhir, serta perbaikan pada sub Kelompok Sandang dan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor," tulis keterangan Bank Indonesia (BI) yang dirilis Rabu (11/11/2020).
Akan tetapi, BI memperkirakan penjualan ritel kembali mengendur pada Oktober 2020 dengan pertumbuhan -10% YoY. Sejumlah komoditas, seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, diprakirakan mengalami penurunan penjualan.
Sementara itu, beberapa komoditas diprakirakan mengalami perbaikan kinerja penjualan, antara lain Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Pasca rilis data tersebut, rupiah sepertinya sulit untuk bangkit. Hal tersebut terlihat dari kurs rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
Periode | Kurs Pukul 8:54 WIB | Kurs Pukul 11:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.073,50 | Rp14.112,0 |
1 Bulan | Rp14.105,00 | Rp14.144,0 |
2 Bulan | Rp14.134,50 | Rp14.175,5 |
3 Bulan | Rp14.182,50 | Rp14.221,5 |
6 Bulan | Rp14.312,50 | Rp14.349,0 |
9 Bulan | Rp14.585,00 | Rp14.479,0 |
1 Tahun | Rp14.585,00 | Rp14.643,3 |
2 Tahun | Rp15.330,00 | Rp15.370,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Jika tren pelemahan di pasar NDF terus berlanjut, peluang rupiah untuk bangkit semakin menipis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
