Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun melanjutkan penguatan di perdagangan pasar spot.
Pada Selasa (10/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.015. Rupiah menguat tajam 1,11% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Mata uang Tanah Air juga hijau di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.010 di mana rupiah menguat 0,28%.
Kala pembukaan pasar, rupiah sempat menguat 0,36% di Rp 14.000/US$. Seiring perjalanan, apresiasi rupiah tergerus dan dolar AS belum bisa ditekan ke bawah Rp 14.000.
Namun ruang rupiah menguat hingga ke kisaran Rp 13.000-an/US$ masih terbuka. Pasalnya, sentimen pasar sedang memihak aset-aset berisiko.
Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 2,95% dan S&P 500 melonjak 1,17%.
Ini jadi pertanda bahwa investor berani mengambil risiko sehingga aset aman seperti dolar AS kekurangan peminat. Pada pukul 09:24 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,12%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini anjlok 1%.
"Kabar seputar vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) memberi dorongan luar biasa bagi aset-aset berisiko," tegas Ed Moya, Senior Market Analyst OANDA, sepert dikutip dari Reuters.
Ya, malam tadi waktu Indonesia ada berita besar. Calon vaksin yang tengah dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech diklaim memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 90% untuk menghalau virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
"Saya sangat bahagia. Ini adalah hari yang luar biasa untuk kesehatan masyarakat dan potensi bagi kita semua untuk keluar dari situasi yang kita alami sekarang," kata Bill Gruber, Peneliti Pfizer, seperti dikutip dari Reuters.
Gara-gara pandemi virus corona, dunia berubah drastis. Hampir seluruh negara menerapkan pembatasan sosial (social distancing), masyarakat dipaksa untuk #dirumahaja. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.
Akibatnya, aktivitas publik menjadi sangat terbatas. Walau sudah ada reopening, tetapi protokol kesehatan tetap harus dijaga. Ekonomi belum bisa dipacu sesuai dengan kapasitasnya, masih ada pembatasan di sana-sini.
Kapasitas ekonomi yang seadanya membuat dunia usaha harus mengencangkan ikat pinggang, skala yang ada sekarang jauh dari kata ekonomis. Efisiensi terus dilakukan, termasuk dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Lonjakan pengangguran dan ketidakpastian pendapatan masyarakat membuat permintaan anjlok. Pandemi telah memukul dua sisi ekonomi sekaligus, penawaran dan permintaan.
Kunci untuk mengakhiri derita ini adalah mengenyahkan si pembuat onar, virus corona. Vaksin menjadi kunci untuk mewujudkan itu, vaksin adalah harapan untuk hidup normal sehingga roda ekonomi berputar lagi.
Oleh karena itu, pelaku pasar (dan dunia) sangat gembira dengan kabar dari calon vaksin Pfizer dan BioNTech. Kegembiraan itu diwujudkan dengan memborong aset-aset berisiko, tidak ada yang namanya main aman.
Arus modal pun mengalir deras ke pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. Pada pukul 09:38 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,26% sementara imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 1,6 basis poin (bps). Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.
Derasnya arus modal ini membuat rupiah menguat. Bukan cuma rupiah, hampir seluruh mata uang utama Benua Kuning pun terapresiasi di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:
TIM RISET CNBC INDONESIA