
Wow! Outstanding Obligasi Diramal Tembus Rp 4.432 T di 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) memprediksi outstanding (nilai yang masih tercatat dan diperdagangkan) obligasi baik konvensional maupun syariah, termasuk milik negara (surat berharga negara/SBN) maupun surat utang korporasi bisa menembus Rp 4.432 triliun pada 2021.
Estimasi jumlah tersebut terdiri dari Rp 3.890 triliun untuk SBN dan Rp 542 triliun untuk obligasi korporasi.
Adapun pada 2024, nilai outstanding bisa ditaksir tembus Rp 7.317 triliun, terdiri dari Rp 6.536 triliun untuk SBN dan Rp 780 triliun untuk korporasi.
Mengacu data BEI yang dikompilasi dari DJPPR Kementerian Keuangan dan KSEI, outstanding obligasi per September 2020 sudah menembus Rp 3.881 triliun, terdiri dari SBN Rp 3.461 triliun dan korporasi Rp 419 triliun.
![]() Proyeksi Outstanding Bond, BEI |
Nilai tersebut naik dari akhir tahun lalu Rp 3.178 triliun, terdiri dari Rp 2.753 triliun untuk SBN dan Rp 425 triliun untuk korporasi.
"Kami lihat outstanding EBUS [efek bersifat utang dan sukuk] nilainya sudah tercatat Rp 3.881 triliun di September, ada kenaikan sejak 2012 dan cukup stabil," kata Laksono Widodo, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, dalam webinar softlauching Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA), Senin (9/11/2020).
![]() Proyeksi Outstanding Bond, BEI |
Adapun nilai transaksi EBUS per September sudah menembus Rp 40 triliun, terdiri dari Rp 38,59 triliun untuk SBN dan Rp 1,43 triliun untuk obligasi korporasi.
Sementara target BEI yang disusun sebelum adanya pandemi Covid-19, nilai transaksi EBUS diramal mencapai Rp 33,1 terdiri dari Rp 31,32 triliun untuk SBN, dan Rp 1,77 triliun, sehingga per September sebetulnya nilai transaksi harian sudah melebihi target.
Tahun lalu transaksi EBUS hanya Rp 29,23 triliun, terdiri dari Rp 27,66 triliun untuk SBN, dan Rp 1,57 triliun untuk korporasi," kata Laksono.
"Kita bicara obligasi, angkanya trading biasanya berlipat-lipat dibanding ekuiti [saham]," jelas Managing Director-Capital Markets di PT Mandiri Sekuritas periode 2011-2018 ini.
Transaksi SPPA
Dalam kesempatan itu, BEI juga menargetkan transaksi EBUS di pasar sekunder melalui Electronic Trading Platform (ETP) yang baru yakni Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif atau SPPA pada tahun depan bisa mencapai Rp 1-1,2 triliun.
Besaran target transaksi harian di tahun 2021 tersebut sekitar 3% dari total transaksi harian EBUS yang ditaksir mencapai Rp 36 triliun.
Mengacu data BEI, target transaksi EBUS tahun ini dibidik Rp 33,10 triliun, terdiri dari Rp 31,32 triliun untuk transaksi harian SBN (surat berharga negara, termasuk syariah) dan Rp 1,77 triliun untuk transaksi harian obligasi korporasi (termasuk sukuk korporasi).
Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan SPPA ini adalah pengembangan dari ETP tahap pertama yang sebetulnya masih sangat sederhana dan memiliki fasilitas yang terbatas.
Untuk pengembangan ini, BEI menggandeng penyedia solusi perdagangan surat utang global, Axe Trading yang berbasis di Eropa, untuk mengembangkan SPPA.
ETP tahap pertama sebetulnya sudah berjalan pada 2016 tetapi kurang mendapat perhatian pelaku pasar.
"Sejak 2016, sampai saat ini belum ada transaksi di ETP tahap pertama," kata Hasan, dalam webinar softlauching SPPA ini.
Adapun bersamaan dengan softlaunching SPPA pada hari pertama di Senin ini, sudah ada 22 transaksi dengan nilai mencapai Rp 300 miliar dengan melibatkan setidaknya 20 partisipan.
Beberapa yang melakukan transaksi EBUS pada hari ini di antaranya Bank Mandiri, Bank BCA, ANZ, JP Morgan, DBS, Bank Permata, Maybank, Bank Panin, hingga perusahaan sekuritas anggota bursa (AB) yakni Korea Investment & Sekuritas Indonesia.
"Tahun depan target Rp 1 triliun sampai Rp 1,2 triliun, secara rata-rata harian, itu kurang lebih 3 persen dari total transaksi harian EBUS yang kami prediksi, semoga bisa lebih, kami konservatif dulu [targetnya]," kata Laksono.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Genjot Transaksi, Bursa Efek Rilis SPPA buat Obligasi & Sukuk
