Konsumen RI 'Tiarap', Tak Pede Arungi Samudera Ekonomi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 November 2020 16:38
Ilustrasi ritel diskon. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi ritel diskon. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumen Indonesia kian tidak percaya diri mengarungi samudera perekonomian. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang tidak kunjung usai membuat konsumen pesimistis.

Rasa kurang yakin ini tercermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada Oktober 2020, Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK sebesar 79. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 83,4.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik awal. Kalau di bawah 100, maka artinya konsumen pesimistis dalam memandang situasi ekonomi saat ini dan beberapa bulan ke depan.

IKK dibagi menjadi dua sub-indeks besar yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Nah, yang membuat IKK turun adalah IKE.

Pada Oktober 2020, IKE tercatat 51,5. Lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 54,1.

IKE dibagi lagi menjadi tiga sub-indeks yaitu Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja, dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama. Ketiganya mengalami penurunan dan semakin jauh dari angka 100.

Dari tiga sub-indeks IKE, yang terkoreksi paling dalam adalah Indeks Penghasilan saat ini yang terpangkas 4,7 poin. Ini karena belum pulihnya penghasilan konsumen baik yang bersifat rutin (gaji/honor) maupun omset usaha karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PBB) Transisi di berbagai kota.

"Sejalan dengan penurunan keyakinan terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja, keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama pada Oktober 2020 mengalami penurunan. Terutama pada jenis barang elektronik serta furnitur dan perabot rumah tangga," sebut laporan BI.

Sejak kasus perdana tercatat pada awal Maret 2020, pandemi virus corona masih betah meneror Indonesia. Data Kementerian Kesehatan mencatat jumlah pasien positif corona per 8 November 2020 adalah 437.716 orang. Bertambah 3.880 orang (0,89%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Ada tanda-tanda yang memberi optimisme. Pasien baru memang terus bertambah, tetapi lajunya menunjukkan perlambatan.

Dalam 14 hari terakhir (26 Oktober-8 November), rata-rata penambahan pasien baru adalah 3.429 orang atau 0,83% per hari. Turun dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 4.019 orang (1,12%). Terlihat bahwa kurva kasus corona di Tanah Air mulai melamdai.

Namun bukan berarti pandemi sudah selesai, badai belum berlalu. Virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini masih bergentayangan.

Oleh karena itu, PSBB masih berlaku meski dosisnya dikurangi. 'Keran' aktivitas masyarakat memang sudah dibuka, tetapi terbatas dan harus patuh terhadap protokol kesehatan. Misalnya, restoran, pusat perbelanjaan, hingga lokasi pariwisata sudah boleh buka tetapi maksimal hanya boleh menerima pengunjung 50% dari kapasitas.

Demikian pula pabrik-pabrik. Kapasitas produksi belum bisa penuh karena karyawan yang masuk harus berjarak. Apalagi kalau sampai ada karyawan yang positif terjangkit virus corona, pabrik harus tutup dulu minimal tiga hari.

Ini membuat roda ekonomi belum berputar secepat dulu, masih ada berbagai batasan atas nama PSBB. Dunia usaha yang harus mengurangi kapasitas produksi (baik barang maupun jasa) tentu tidak bisa mempekerjakan karyawan sebanyak dulu. Harus ada perampingan, disesuaikan dengan kapasitas produksi, yang membuat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih belum berhenti.

Dihantui dengan ancaman PHK, konsumen merasa ketersediaan lapangan kerja dan prospek penghasilannya menjadi penuh tanda tanya. Bulan ini boleh masih bekerja, bulan depan siapa yang tahu? Amit-amit jabang bayi...

Jadi tidak heran konsumen tidak kunjung pede melihat situasi perekonomian. Selama pandemi virus corona belum pergi, maka situasi akan sulit diperbaiki.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article IKK Memburuk, IHSG Sesi 1 Drop 0,8% Diterpa Aksi Jual Asing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular