
Aksi Protes Terkait Pilpres Bermunculan, Dow Futures Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (6/11/2020) berbalik melemah, menyusul aksi protes di beberapa tempat terkait pemilihan presiden (pilpres) AS yang berujung rusuh.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average melemah 114 poin (-0,4%). Harga kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq juga tertekan, masing-masing sebesar -0,4% dan -0,8%. Wall Street pun berpeluang bergerak dalam tekanan setelah 4 hari beruntun menguat.
Sepanjang pekan berjalan, indeks S&P 500 dan Dow Jones sama-sama menguat sebesar 7%. Indeks saham sektor teknologi melompat lebih dari 9%.
Pelaku pasar masih memantau penghitungan suara hasil pilpers AS, di mana kandidat presiden Joe Biden terus menempel ketat perolehan suara calon presiden petahana Donald Trump di dua negara bagian yang menjadi kunci kemenangan, yakni Georgia dan Pennsylvania.
Berdasarkan penghitungan cepat NBC News, Biden telah mengantongi 253 suara elektoral, sehingga cuma perlu 17 suara lagi untuk mencapai batas minimal kemenangan sebanyak 270 suara. Di Nevada dan Arizona, Biden sejauh ini masih memimpin meski ditempel ketat.
Sementara itu, perolehan suara untuk anggota senat sejauh ini condong pada Partai Republik, sehingga rencana Biden untuk menaikkan pajak korporasi kemungkinan bakal sulit direalisasikan.
Hal ini disambut positif pelaku pasar yang memang cenderung anti-pajak tinggi. Saham-saham teknologi menguat akibat sentimen tersebut, apalagi di tengah kondisi pandemi yang masih berlangsung.
Alicia Levine, Kepala Perencana Investasi BNY Mellon Investment Management menilai kemungkinan Partai Demokrat memenangi Senat menjadi risiko utama yang belum dihitung pasar.
"Pasar sekarang memperhitungkan Biden sebagai presiden dan Senat dikuasai republiken, dan pergerakan yang kami lihat memang berdasarkan itu," tutur Levine sebagaimana dikutip CNBC International.
Kubu Partai Republik telah mengajukan gugatan di beberapa negara bagian menyusul penghitungan suara yang menurut mereka melanggar ketentuan. Di negara bagian Wisconsin, tim sukses Trump bahkan meminta penghitungan ulang.
Bersamaan dengan itu, berbagai aksi protes mulai melanda AS, seperti misalnya di Minneapolis, New York, Phoenix. Massa pendukung Trump ngotot penghentian penghitungan suara, sedangkan massa pendukung Biden menyerukan penghitungan suara dilanjutkan.
Dari sisi perekonomian, pasar bakal memantau rilis data tenaga kerja per Oktober jelang pembukaan pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping