Alert! Winter is Coming, Harga Minyak Bisa jadi Tumbal Corona

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 November 2020 10:22
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Maraknya lockdown menjadi sentimen negatif yang membuat harga minyak anjlok. Dinamika pemilihan presiden ke-46 AS juga membuat pasar cemas. 

Jumat (6/11/2020) harga kontrak berjangka minyak mentah drop. Pada 09.45 WIB, harga kontrak berjangka Brent turun 0,73% ke US$ 40,93/barel dan untuk kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) anjlok 1,86% ke US$ 38,07/barel.

Italia mencatat jumlah infeksi Covid-19 harian tertinggi pada hari Kamis dan kasus baru harian di Amerika Serikat melampaui angka 100.000 yang merupakan sebuah rekor.

"Situasinya kemungkinan akan menjadi lebih buruk karena cuaca semakin dingin, dengan ancaman penguncian gaya Eropa membayangi," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho Securities di New York, melansir Reuters.

Komisi eksekutif Uni Eropa juga memangkas perkiraan ekonominya dan memperkirakan blok tersebut tidak akan mengalami rebound ke level sebelum virus dapat ditangani hingga 2023.

Ketika lockdown membayangi prospek pemulihan permintaan minyak, pasokan minyak justru bertambah dengan naiknya output minyak Libya. Pasca pembukaan blokade ladang minyak terbesarnya, output minyak Libya naik signifikan dalam waktu singkat. 

Output diperkirakan bakal tembus level 1 juta barel per hari (bph) dalam waktu dekat. Hal ini membuat organisasi negara-negara eksportir minyak dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ kemungkinan tak akan meningkatkan produksinya sebesar 2 juta bph mulai Januari tahun depan. 

Komitmen OPEC+ terhadap pakta yang disepakati benar-benar menjadi kunci utama apakah harga minyak akan terjun bebas lagi atau tidak. 

Menambah volatilitas yang tinggi di pasar adalah pelaksanaan pemilihan presiden di AS. Penghitungan suara masih berlangsung dan kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden masih diunggulkan dengan 264 suara elektoral 73,3 juta popular vote

Trump sebagai petahana saat ini masih meraup 214 suara elektoral dan 69,5 juta suara populer. Untuk dapat menang, kandidat presiden harus mendapat setidaknya 270 suara elektoral.

Dengan begitu Joe Biden untuk sementara waktu memiliki chance terkuat untuk mendekati Gedung Putih. Keunggulan Biden pun mendapat reaksi dari pihak rival yaitu Trump.

Trump yang tidak terima akan hasil penghitungan tersebut meminta penghitungan di beberapa negara bagian distop dan di tempat lain untuk dihitung ulang. Beberapa kasus seperti penggelembungan suara salah satu calon juga mewarnai pemilu AS kali ini.

Biden dari Demokrat cenderung kontra terhadap bahan bakar fosil. Dalam beberapa kesempatan kampanye pria yang berusia tiga tahun lebih tua dari Trump tersebut berniat mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil di AS dan menjadi negara dengan status zero carbon emission pada 2050 nanti.

Biden memang tak akan begitu saja melarang fracking (teknologi pengeboran canggih yang membuat AS menjadi produsen minyak terbesar). Pasalnya minyak merupakan salah satu industri strategis bagi AS dan menjadi salah satu senjata diplomasi. 

Lagipula untuk bisa memuluskan rencana Biden terkait kebijakan energi yang lebih ramah lingkungan komposisi lembaga legislatif harus diperhatikan. Apabila DPR dan senat dikuasai Demokrat maka jalannya akan mulus. 

Namun blue wave (kemenangan mutlak Demokrat) tampaknya sulit terwujud. Senat masih dikuasai oleh Partai Republik. Inilah dua faktor yang menentukan kebijakan energi AS ke depan sebagai negara produsen dan konsumen minyak terbesar di dunia. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Turut Terguncang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular