Kredit Bank BUKU I Minus 8,6%, DPK -4,9%, Sinyal Apakah Ini?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
03 November 2020 14:03
OJK Press Video Conference -  (Youtube OJK)
Foto: OJK Press Video Conference - (Youtube OJK)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyaluran kredit perbankan tetap tumbuh melambat kendati pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah dilonggarkan. Paling terdampak ialah bank-bank kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I, bank dengan modal inti di bawah Rp 1 triliun.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, pada September 2020, penyaluran kredit perbankan mencapai Rp 5.531 triliun atau hanya tumbuh 0,12%.

Dibanding bulan sebelumnya, di Agustus, penyaluran kredit bank mampu tumbuh 1,04% atau kredit yang tersalurkan mencapai Rp 5.522 triliun.

Jika dilihat berdasarkan kredit per BUKU, bank BUKU 1 dan BUKU 3 masih mengalami tekanan dengan pertumbuhan negatif 8,67% dan minus 2,20% secara tahunan.

Adapun BUKU 2 dan BUKU 4 masih tumbuh positif di angka 4,15% dan 0,71% per September tersebut.

Kredit per BUKU, September 2020, OJKFoto: Kredit per BUKU, September 2020, OJK
Kredit per BUKU, September 2020, OJK

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso menyebutkan, secara sektoral, perlambatan kredit didorong oleh sektor perdagangan dan industri pengolahan sejalan dengan menurunnya aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat di masa pandemi.

"Sektor pertambangan dan pertambangan sedikit membaik," kata Wimboh dalam konferensi pers secara daring, Senin kemarin (2/11/2020).

Sementara itu, dari sisi debitur, perkembangan kredit di segmen UMKM sudah terkontraksi sejak Maret lalu yang ikut mempengaruhi perlambatan kredit yang sejak tahun berjalan masih terkontraksi sebesar 1,58%.

DPK per BUKU, September 2020, OJKFoto: DPK per BUKU, September 2020, OJK
DPK per BUKU, September 2020, OJK

Namun demikian, masih minimnya permintaan kredit baru ini berkebalikan dengan rasio simpanan masyarakat yang disimpan di bank atau DPK (dana pihak ketiga) yang tumbuh 12,88% menjadi Rp 6.651 triliun, naik dari bulan sebelumnya Rp 6.488 triliun.

Artinya, masyarakat masih menahan belanja dan menyimpan uangnya di bank. Ditambah lagi dengan penempatan uang negara, membuat likuiditas perbankan semakin kuat.

Pertumbuhan DPK tertinggi terjadi di Bank BUKU 4 dengan pertumbuhan 15,26% per September.

Kedua adalah Bank BUKU 2 dengan pertumbuhan DPK 11,64% disusul BUKU III sebesar 9,30%. Hanya BUKU 1 yang DPK-nya masih negatif 4,95%.

Dari sisi permodalan bank masih cukup longgar dengan LDR (loan to deposit ratio) di angka 83,16% dengan rasio NPL (non performing loan, kredit bermasalah) Gross 3,15% dan NPL Net 1,07%, membaik dari posisi Agustus lalu.

Bank BUKU 1 adalah bank dengan modal inti di bawah Rp 1 triliu, BUKU 2: Rp 1 triliun-Rp 5 triliun, BUKU 3: Rp 5 triliun-Rp 30 triliun, dan BUKU 4: di atas Rp 30 triliun.

Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, tahun ini, bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun ini, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Skandal "Uang Haram" Saham HSBC Anjlok Terendah Sejak 1995

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular