
Meski Laba Q3 Merosot, Unilever Jajaki Akuisisi Brand Baru

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konsumer, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menyatakan akan membuka peluang untuk terus mengakuisisi brand baru untuk melengkapi portofolio bisnis perseroan.
Direktur Keuangan Unilever Indonesia, Arif Hudaya menjelaskan, perseroan pada tahun ini menganggarkan belanja modal atau capital expenditure atau capex senilai 1% dari penjualan perseroan, direvisi dari sebelumnya 2-2,5%.
"Kesempatan akuisisi kami selalu melihat portofolio transformasi dari merek merek kami, kami selalu melihat kesempatan jika ada dalam memperkaya produk-produk Unilever, kami akan selalu lakukan dalam investasi yang tepat," kata Arif, dalam penjelasannya di acara paparan publik secara virtual, Selasa (3/11/2020).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Unilever Indonesia, Ira Noviarti mengatakan, perseroan juga terus melakukan inovasi dari brand-brand yang dimiliki Unilever. Sampai dengan September ini, ada 63 inovasi produk baru yang dikembangkan perseroan.
"Prinsip inovasi kami melihat konsumen dari berbagai segmen, melihat kebutuhan dan preferensi konsumen. Kita juga melihat ke depan apa yang akan diperlukan konsumen ke depannya," kata Ira melanjutkan.
Seperti diketahui, sampai dengan kuartal ketiga tahun ini, perseroan membukukan laba bersih senilai Rp 5,44 triliun terkoreksi 1,27% dari periode yang sama tahun lalu Rp 5,51 triliun di tengah pandemi Covid-19.
Perseroan mengakui hampir seluruh dunia usaha terkena dampaknya, termasuk di industri fast moving consumer goods (FMCG).
Pendapatan UNVR pada periode hingga kuartal III-2020 itu naik 0,31% menjadi Rp 32,46 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 32,36 triliun. Harga pokok penjualan UNVR turun tipis menjadi Rp 15,59 triliun dari sebelumnya Rp 15,92 triliun.
Dari sisi penjualan, paling besar dari dalam negeri mencapai Rp 31,03 triliun naik dari sebelumnya Rp 30,79 triliun.
Sementara itu ekspor produk Unilever justru minus menjadi Rp 1,43 triliun dari sebelumnya Rp 1,57 triliun. Dari penjualan tersebut, segmen home and personal care masih memberikan andil yang terbesar terhadap pendapatan, yakni Rp 22,7 triliun atau 70%.
Sedangkan, di segmen food resfreshment mengalami penurunan 3,5% menjadi Rp 9,7 T karena kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan perhotelan dan restoran menutup operasionalnya.
Sementara itu, penjualan kepada pihak berelasi paling besar ada tiga yakni ke Unilever Asia Private Limited sebesar Rp 429,32 miliar, Unilever (Malaysia) Holdings Sdn Bhd Rp 241,59 miliar, dan Unilever Philippines, Inc. Rp 213,46 miliar.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perkuat Fundamental UNVR, Ira Noviarti Didaulat Posisi Baru