Rupiah Melesat 1,5% di Oktober, tapi Raja Asia Jatuh ke .....

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 November 2020 17:43
Dollar
Foto: REUTERS/Akhtar Soomro

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang bulan Oktober. Mata uang Garuda bahkan mampu menguat setiap pekannya.

Namun, penguatan rupiah tidak lepas dari dolar AS yang sedang lesu. Hal tersebut terindikasi dari mayoritas mata uang utama Asia yang mampu menguat.

Melansir data Refintiv, sepanjang bulan Oktober rupiah menguat 1,48%. Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi runner up di Asia, hanya kalah dari won Korea Selatan yang melesat 2,42%.

Rupee India menjadi mata uang dengan kinerja terburuk dengan pelemahan 1,35%, kemudian peso Filipina dan dolar Singapura melemah tipis masing-masing 0,12% dan 0,06%.

Dolar AS mengalami tekanan di bulan Oktober, baru pada pekan lalu mulai bangkit setelah stimulus fiskal di AS dipastikan tidak akan cair sebelum pemilihan presiden (pilpres) Selasa 3 November waktu setempat.

Setelah pilpres selesai, maka fokus akan tertuju pada stimulus fiskal di AS. Cepat atau lambat stimulus tersebut akan cair, dan saat itu terjadi jumlah uang yang bereda di perekonomian akan bertambah. Secara teori, dolar AS akan melemah.

Tekanan bagi dolar AS akan lebih besar seandainya Joe Biden memenangi pilpres, sebab stimulus fiskal diperkirakan akan lebih besar ketimbang jika Donald Trump melanjutkan periode pemerintahannya.

Survei yang dilakukan oleh NBC News/Wall Street Journal menunjukkan Joe Biden unggul dengan memperoleh 52% suara dalam survei tersebut, sementara Donald Trump 42%.
Hal tersebut membuat dolar AS masih belum terlalu perkasa berhadapan dengan mata uang utama Asia.

Di sisi lain, rupiah mendapat tenaga untuk menguat setelah Pembatasan Social Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta akhirnya kembali dilonggarkan pada bulan lalu.

Pada pertengahan September lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengetatkan PSBB akibat peningkatan kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Meski demikian, PSBB tersebut tidak seketat di bulan April lalu.

Pekerja, baik di pemerintahan maupun swasta, tetap bisa pergi ke kantor meski ada pembatasan.

Sementara restoran, baik yang terpisah (stand alone) maupun di pusat perbelanjaan, masih boleh buka. Akan tetapi tidak boleh menerima pengunjung untuk makan-minum di tempat, hanya melayani pesan-antar (delivery) atau pesan-bawa pulang (take away).

Meski tidak seketat PSBB di bulan April, tetapi tetap saja membebani pemulihan ekonomi Indonesia.

Gubernur Anies akhirnya kembali melonggarkan PSBB dan menerapkan masa transisi sejak 12 Oktober, sehingga laju pemulihan ekonomi bisa terakselerasi lagi, dan diharapkan bisa tumbuh di kuartal IV-2020.

Untuk kuartal III-2020 sudah dipastikan akan terkontraksi (tumbuh negatif). Indonesia sudah pasti mengalami yang pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir, tetapi seberapa besar kontraksi ekonomi yang menjadi misteri, dan dinanti pelaku pasar.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.

IMF memprediksi perekonomian Indonesia akan minus 1,5% sepanjang tahun ini, sementara di tahun depan tumbuh 6,1%.

Won berhasil menjadi mata uang terbaik di Asia bulan Oktober setelah perekonomiannya berhasil bangkit dari keterpurukan.

Bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) pada 27 Oktober lalu melaporkan produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2020 berkontraksi (tumbuh negatif) 1,3% year-on-year (YoY) setelah mengalami kontraksi 2,7% (YoY) pada periode 3 bulan sebelumnya. Itu artinya, Korea Selatan mengalami sah mengalami resesi.

Secara umum, suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun secara tahunan (YoY). Sementara jika kontraksi terjadi secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ), maka dikatakan mengalami resesi teknikal.

Nah, negara dengan nilai ekonomi terbesar ke-4 di Asia ini justru sudah lepas dari resesi teknikal.

BoK melaporkan PDB tumbuh 1,9% QoQ. Pertumbuhan tersebut lebih baik dari proyeksi Reuters sebesar 1,7%. Sementara di kuartal II-2020 lalu terkontraksi 3,2% QoQ terdalam sejak 2008, dan di 3 bulan pertama tahun ini minus 1,3% QoQ.

Korea Selatan menjadi salah satu negara yang sukses meredam penyebaran penyakit virus corona (Covid-19). Meski sempat mengalami lonjakan pada bulan Agustus lalu, tetapi sekali lagi berhasil diredam.

Melansir data Worldometer, per hari ini jumlah kasus aktif Covid-19 di Korsel hanya 1.869 kasus.

Keberhasilan meredam penyebaran virus corona juga diikuti dengan kemampuan memulihkan perekonomian dengan cepat melalui stimulus moneter dan fiskal. BoK memangkas suku bunga acuannya hingga 0,5%, sementara Pemerintah Seoul menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 274,83 miliar.

Alex Holmes, ekonom di Capital Economics, memprediksi perekonomian Korsel sepanjang tahun ini akan mengalami kontraksi 1%, tetapi akan menjadi salah satu yang terbaik dunia di tahun ini.

"Meski ini (kontraksi ekonomi 1%) menjadi yang terburuk sejak 1998, tetapi itu tetap membuat Korea Selatan menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbaik di dunia tahun ini," kata Holmes, sebagaimana dilansir ABS CBN News, Selasa (27/10/2020).

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular