Harga Minyak Terjun Bebas, WTI Sudah di Bawah US$ 35/barel

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 November 2020 09:58
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak teraktif yang diperdagangkan semakin tertekan. Maraknya lockdown yang kembali diterapkan di Eropa dibarengi dengan isu bertambahnya pasokan di pasar membuat harga emas hitam terjun bebas. 

Pada perdagangan awal bulan November Senin (2/11/2020) harga minyak ambles lebih dari 1,5%. Pukul 09.40 WIB harga minyak berjangka Brent anjlok 1,79% ke US$ 36,79/barel. 

Di saat yang sama harga minyak berjangka acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) drop lebih dalam dengan koreksi sebesar 3,35% ke US$ 34,59/barel.

Harga minyak kini sudah menyentuh level terendah sejak bulan Juni. Sepanjang Oktober, kontrak Brent sudah anjlok 8,5% sementara untuk WTI kontraknya sudah turun dobel digit yakni 11%. 

Reuters melaporkan negara-negara di seluruh Eropa telah menerapkan kembali langkah-langkah penguncian (lockdown) yang bertujuan memperlambat tingkat infeksi Covid-19 yang telah meningkat di benua itu dalam sebulan terakhir.

Kenaikan kasus infeksi di Eropa memang sudah pada taraf yang mengkhawatirkan. Eropa menyumbang sekitar 22% dari total kasus global yang sudah mencapai 46,3 juta infeksi.

Ada lebih dari 269.000 kematian di Eropa dan wilayah tersebut menyumbang sekitar 23% dari jumlah total kematian akibat Covid-19 global yang jumlahnya tercatat hampir merenggut 1,2 juta nyawa manusia.

Di tengah kasus yang melonjak, Prancis, Jerman, dan Inggris telah mengumumkan lockdown nasional setidaknya untuk bulan depan yang hampir seketat pembatasan pada Maret dan April. Portugal telah memberlakukan penguncian sebagian (parsial), sementara Spanyol serta Italia memperketat pembatasan.

Eropa dilaporkan memiliki tambahan lebih dari 1,6 juta kasus dalam tujuh hari terakhir atau hampir setengah dari tambahan kasus global sebanyak 3,3 juta.

"Langkah-langkah penguncian yang diumumkan oleh Inggris dan Italia hanya menambah buruk situasi di Eropa," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets di Sydney.

"Banyak trader yang sekarang melihat AS dan tingkat infeksi mereka yang meningkat dan bertanya-tanya apakah Eropa menyediakan model untuk apa yang akan terjadi di AS dalam beberapa minggu mendatang."

Meningkatnya pasokan dari Libya dan Irak, anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengimbangi pemotongan produksi oleh anggota lain dan menyebabkan produksi kelompok tersebut meningkat untuk bulan keempat pada Oktober. 

OPEC dan sekutunya termasuk Rusia sebagai kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, memangkas produksi sekitar 7,7 juta barel per hari (bpd) yang bertujuan untuk mendongkrak harga.

Apabila mengacu pada pakta awal, maka mulai Januari nanti produksi minyak hanya akan dipangkas 5,7 juta bpd atau 2 juta bpd lebih rendah dari sebelumnya. Hanya saja pelemahan permintaan minyak yang dibarengi dengan kenaikan output membuat OPEC+ tertekan.

OPEC+ dijadwalkan mengadakan pertemuan untuk mengambil kebijakan pada akhir bulan ini tepatnya pada 30 November dan 1 Desember.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Turut Terguncang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular