Round Up Sepekan

Gara-gara Libya, Harga Minyak Kompak Anjlok Hingga 10%!

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 November 2020 16:30
Penambangan minyak mentah di AS
Foto: Doc. Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kompak melemah sepanjang pekan ini, menyusul normalnya pasokan dari Libya di tengah peluang pemberlakuan kembali karantina wilayah (lockdown) di negara Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Revinitif, harga energi utama dunia tersebut anjlok di kisaran 10% dalam sepekan, baik untuk minyak jenis Brent yang menjadi acuan Eropa dan Indonesia, maupun minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi acuan di AS.

Pada penghujung pekaan, Brent bercokol di level US$ 37,46 per barel, sedangkan WTI bertengger di level US$ 35,79 per barel. Koreksi tersebut melanjutkan penurunan seminggu sebelumnya yang mencapai 2,7% dan 2,5% untuk kedua jenis minyak tersebut. 

Kembali diterapkannya lockdown di banyak negara akibat lonjakan kasus infeksi Covid-19 membuat permintaan minyak semakin tertekan dan harganya ikut terkoreksi. Harga emas hitam kini berada di posisi terendahnya dalam lima bulan terakhir.

Prancis kembali menerapkan lockdown yang mengharuskan orang untuk kembali tinggal dan beraktivitas di rumah kecuali aktivitas penting mulai Jumat. Sementara itu, Jerman menutup bar, restoran, dan teater mulai 2 November hingga akhir bulan.

"Karena penguncian mulai menggigit kekhawatiran permintaan di seluruh Eropa, prospek jangka pendek untuk minyak mentah mulai memburuk," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di Axi, sebagaimana diberitakan Reuters.

Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya (OPEC+) akan dengan cermat memantau prospek permintaan yang memburuk, apalagi di tengah meningkatnya pasokan dari anggota OPEC Libya.

Libya saat ini memproduksi 680.000 bpd dan mengharapkan produksi meningkat menjadi 1 juta bpd dalam beberapa minggu mendatang menurut salah satu sumber minyak Libya. Berdasarkan kesepakatan awal, OPEC+ berencana menurunkan pengurangan produksi pada Januari 2021 dari 7,7 juta barel per hari (bpd) saat ini menjadi sekitar 5,7 juta bpd.

"[Kami] yakin semakin tidak mungkin bahwa produksi minyak akan ditingkatkan mulai Januari," kata Commerzbank dalam risetnya. "Sebaliknya, OPEC dan sekutunya (OPEC +) benar-benar perlu menerapkan pengurangan produksi lebih lanjut, mengingat prospek permintaan yang lemah."

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Eropa Naik di Sesi Awal Jelang Izin Edar Vaksin Moderna

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular