Lockdown Lagi, Harga Minyak Ambles ke Bawah US$ 40/barel

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
30 October 2020 09:08
Oil facilities are seen on Lake Maracaibo in Cabimas, Venezuela January 29, 2019. REUTERS/Isaac Urrutia
Foto: Ilustrasi: Fasilitas minyak terlihat di Danau Maracaibo di Cabimas, Venezuela, 29 Januari 2019. REUTERS / Isaac Urrutia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah berjangka ditransaksikan menguat pada perdagangan pagi waktu Asia hari ini, Jumat (30/10/2020). Namun harga emas hitam sejatinya telah terpangkas dalam sepanjang minggu ini. 

Pada 08.20 harga minyak berjangka acuan internasional Brent naik 0,4% ke US$ 37,8/barel dan minyak berjangka patokan Paman Sam yakni West Texas Intermediate (WTI) naik 0,61% ke US$ 36,4/barel.

Kemarin, harga minyak ambles dalam lebih dari 3%. Kontrak Brent anjlok 3,76% dan kontrak WTI drop 3,26%. Sejak awal minggu ini harga bahan bakar fosil ini telah ambles 6,6% untuk Brent dan terkoreksi 5,6% untuk WTI.

Kembali diterapkannya lockdown di banyak negara akibat lonjakan kasus infeksi Covid-19 membuat permintaan minyak semakin tertekan dan harganya ikut terkoreksi. Harga emas hitam kini berada di posisi terendahnya dalam lima bulan terakhir. 

"Orang-orang bereaksi terhadap kasus Covid yang meningkat - mereka bereaksi terhadap jumlah kasus baru," kata Bob Yawger, direktur perdagangan berjangka energi di Mizuho di New York.

Dengan kasus infeksi Covid-19 yang melonjak di seluruh Eropa, Prancis kembali menerapkan lockdown. Negeri Menara Eiffel mengharuskan orang untuk kembali tinggal dan beraktivitas di rumah kecuali aktivitas penting mulai Jumat, sementara Jerman akan menutup bar, restoran, dan teater mulai 2 November hingga akhir bulan.

"Karena penguncian mulai menggigit kekhawatiran permintaan di seluruh Eropa, prospek jangka pendek untuk minyak mentah mulai memburuk," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di Axi, sebagaimana diwartakan Reuters.

Lockdown adalah momok paling mengerikan bagi perekonomian yang dibangun oleh mobilitas publik. Ketika mobilitas dibatasi, permintaan terhadap bahan bakar menjadi anjlok. Saat permintaan drop tetapi pasokan justru bertambah, harga akan turun.

Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya (OPEC+) akan memantau prospek permintaan yang memburuk dengan cermat apalagi di tengah meningkatnya pasokan dari anggota OPEC Libya.

Berdasarkan kesepakatan awal, OPEC+ berencana menurunkan pengurangan produksi pada Januari 2021 dari 7,7 juta barel per hari (bpd) saat ini menjadi sekitar 5,7 juta bpd.

"[Kami] yakin semakin tidak mungkin bahwa produksi minyak akan ditingkatkan mulai Januari," kata Commerzbank. "Sebaliknya, OPEC dan sekutunya (OPEC +) benar-benar perlu menerapkan pengurangan produksi lebih lanjut, mengingat prospek permintaan yang lemah."

Libya saat ini memproduksi 680.000 bpd dan mengharapkan produksi meningkat menjadi 1 juta bpd dalam beberapa minggu mendatang menurut salah satu sumber minyak Libya. 

OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 30 November dan 1 Desember untuk menetapkan kebijakan. Salah satu faktor yang membuat harga minyak sedikit terdongkrak adalah serangan badai Zeta yang melanda Louisiana.

Menambah sentimen positif ada rilis data pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal ketiga yang dilaporkan mengalami ekspansi 33% melebihi konsensus pasar sebesar 31,9%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Turut Terguncang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular