Badai Zeta Bikin Harga Minyak Dunia Merangkak Naik

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
29 October 2020 14:45
tambang minyak lepas pantail
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia berhasil berbalik menguat di tengah penghentian produksi beberapa perusahaan migas asal Amerika Serikat akibat hantaman Badai Zeta di Teluk Meksiko.

Hal ini membuat harga minyak berhasil rebound setelah sebelumnya terkoreksi 5%. Dalam laporannya, Reuters menuliskan, pada Rabu kemarin, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik tipis 7 sen, atau 0,19% menjadi $ 37,46 per barel, sementara minyak mentah Brent berjangka naik 4 sen, atau 0,10%, menjadi $ 39,16 per barel.

Menurut Chief Market Strategist Stephen Innes, minyak mentah WTI berada di rentang harga $ 36,45 hingga $ 36,95 telah menjadi zona beli sejak awal September.

"Jika harga jatuh melalui rentang tersebut akan menjadi tanda bearish, katanya, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (29/10/2020).

Namun demikian, para analis memperkirakan, dampak badai Zeta diperkirakan hanya berumur pendek dan kembalinya produksi AS akan menambah kelebihan pasokan yang ada karena Libya dengan cepat meningkatkan produksi setelah blokade delapan bulan.

Data dari Administrasi Informasi Energi A.S. pada hari Rabu menunjukkan, stok minyak mentah AS tercatat naik 4,3 juta barel dalam seminggu hingga 23 Oktober, peningkatan ini juga lebih besar dari yang diperkirakan.

Namun, meningkatnya kasus COVID-19 di Eropa, yang telah menyebabkan pembatasan baru membuat moblitas orang kian terbatas ikut membayangi harga minyak dunia.

Misalnya saja, Prancis akan mewajibkan orang untuk tinggal di rumah untuk semua kecuali aktivitas penting, sementara Jerman akan menutup bar, restoran, dan teater mulai 2 November hingga akhir bulan ini.

"Kebangkitan pandemi menekan OPEC untuk menunda kenaikan produksi yang direncanakan pada Januari," kata ANZ Research dalam sebuah catatan.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC +, berencana untuk mengurangi pengurangan produksi mereka pada Januari 2021 dari 7,7 juta barel per hari (bph) saat ini menjadi sekitar 5,7 juta bpd.

Sementara itu, katalis lainnya mengenai prospek perselisihan perdagangan antara China dan Amerika Serikat juga masih belum jelas.


(dob/dob)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Siasat Penambang Saat Gejolak Harga Batu Bara Masih Tinggi

Next Article Tensi Iran-Israel Mereda, Harga Minyak Ambruk 3%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular