Internasional

Resesi Betah di Prancis, Ekonomi 2020 Diramal -11%

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
30 October 2020 15:25
In this image made from UNTV video, French President Emmanuel Macron speaks in a pre-recorded message which was played during the 75th session of the United Nations General Assembly, Tuesday, Sept. 22, 2020, at UN headquarters. The U.N.'s first virtual meeting of world leaders started Tuesday with pre-recorded speeches from some of the planet's biggest powers, kept at home by the coronavirus pandemic that will likely be a dominant theme at their video gathering this year. (UNTV via AP)
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Prancis diramal akan mengalami kontraksi tajam di sepanjang 2020. Ini terjadi karena negara itu, kembali melakukan lockdown guna melawan pandemi virus corona.

Menteri Ekonomi Bruno Le Maire memprediksi ekonomi akan -11%, Jumat (30/10/2020). Kontraksi ini lebih buruk dibanding proyeksi pemerintah sebelumnya 10%.



Prancis sendiri akan kembali melakukan lockdown mulai hari ini. Semua orang akan diminta tetap tinggal di rumah kecuali membeli barang penting, medis atau olahraga selama satu jam per hari.

Pekerjaan juga akan dilakukan dari rumah, kecuali pemilik menilai harus dilakukan di kantor atau pabrik. Sekolah akan tetap dibuka.



Namun, siapapun yang meninggalkan rumah harus membawa surat yang mengizinkan mereka berada di luar. Surat ini akan diperiksa polisi.

"Virus itu beredar dengan kecepatan yang bahkan tidak diantisipasi oleh perkiraan yang paling pesimistis," kata Macron dalam pidato yang disiarkan televisi, dikutip dari Reuters beberapa waktu lalu.

"Saya telah memutuskan bahwa kita harus kembali ke penguncian untuk menghentikannya."

Sementara itu, dalam pengumuman data terbaru, ekonomi Prancis di kuartal III 2020 ini kembali bangkit. Kantor statistik nasional Insee mengumumkan PDB Prancis meningkat 18,2% dalam basis kuartalan (qtq).

Padahal sebelumnya, ekonomi di Q1 dan Q2 negatif. Masing-masing -5,2% dan -13,7%.

"Namun demikian, output ekonomi masih jauh lebih rendah daripada sebelum krisis," kata lembaga itu.

Di mana PDB Q3 secara tahunan (yoy) -4,3%. Sebelumnya di Q1 dan Q2 di basis yang sama ekonomi juga berkontraksi, -5,7% dan -18,9%.

Dengan ini Prancis masih belum bisa lepas dari jurang resesi. Indikator resesi yang paling umum dipakai sampai saat ini adalah kontraksi PDB riil dua kuartal berturut-turut yang diajukan oleh ekonom Julius Shiskin pada 1974 silam.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jerman hingga Prancis Resesi, Bursa Eropa Menguat, Surprise?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular