Dolar Hajar Mata Uang Asia, Rupiah Bernasib Baik Karena Libur

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 October 2020 11:35
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang asing mengalami tekanan pada perdagangan hari ini karena kasus covid-19 meningkat di Eropa. Ini menjadi sentimen negatif yang datang dari eksternal untuk rupiah yang termasuk soft currency.

Beberapa mata uang Asia lain yang pasarnya buka hari ini juga mengalami depresiasi. Namun pada perdagangan hari ini, Kamis (29/10/2020), pasar keuangan domestik libur memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, jika hari ini tidak libur, kemungkinan besar rupiah bakal keok dilibas oleh dolar AS. 

Pada perdagangan pasar spot Rabu (28/10/2020), rupiah ditutup menguat 0,07% ke Rp 14.620/US$. Memasuki bulan Oktober kinerja rupiah cenderung membaik. Mata uang Tanah Air cenderung terapresiasi terhadap greenback.

Pada awal bulan ini, untuk US$ 1 masih dihargai di Rp 14.820. Artinya dalam kurun waktu sebulan terakhir dolar AS cenderung melemah terhadap rupiah. Di saat yang sama, posisi dolar AS juga anjlok terhadap mata uang lain.

Pelemahan dolar AS tercermin dari penurunan tajam indeks dolar. Tepat pada 1 Oktober 2020, indeks dolar berada di posisi 93,711 dan sempat menyentuh ke level 92,611 pada 21 Oktober lalu. 

Pelemahan dolar AS tak bisa dilepaskan dari sempat merebaknya optimisme bahwa AS akan kembali memberikan stimulus fiskal besar-besaran yang membuat pasokan uang beredar menjadi berlimpah. 

Namun nyatanya negosiasi soal besaran stimulus tersebut mandek akibat perbedaan pandangan antara pemangku kebijakan yakni pemerintah (Donald Trump) dengan Partai Demokrat yang menguasai DPR serta Partai Republik yang menguasai senat. 

Penguatan rupiah juga didukung dengan adanya aliran modal masuk (inflow) terutama ke pasar Surat Berharga Negara (SBN). Bank Indonesia (BI) mencatat berdasarkan data transaksi 19-22 Oktober 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp4,04 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp4,98 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,94 triliun.

Namun risiko depresiasi rupiah masih ada. Kembali meningkatnya kasus infeksi Covid-19 di berbagai negara terutama Amerika Utara dan Benua Eropa membuat banyak negara tersebut yang mulai menerapkan kembali lockdown.

Memasuki musim dingin, lonjakan kasus infeksi Covid-19 terjadi di banyak tempat seperti AS, Jerman, Prancis dan negara Eropa lain.

Seperti yang sudah dikhawatirkan, musim dingin menjadi periode yang buruk di mana wabah menjadi ganas kembali. Lockdown dengan berbagai skala kembali diterapkan di Eropa terutama di Prancis. 

Di Jerman, kanselir Angela Merkel mengatakan bakal menutup bar, restoran, bioskop, teater dan fasilitas publik lain selama empat pekan dimulai sejak 2 November nanti.

Beralih ke Perancis. Presiden Emmanuel Macron memberlakukan penguncian nasional baru ketika kasus virus korona melonjak di negaranya. Penguncian akan mulai berlaku mulai hari Jumat.

Pembatasan akan diberlakukan setidaknya hingga 1 Desember dan serupa dengan yang diberlakukan pada musim semi. Pembatasan baru berarti orang harus kembali tinggal di rumah mereka kecuali keluar untuk membeli barang-barang penting, mencari perhatian medis, atau berolahraga.

Geger kembali diterapkannya lockdown membuat Wall Street anjlok semalam. Tiga indeks saham utama Paman Sam terkoreksi lebih dari 3% dalam sehari. Di saat yang sama indeks dolar AS melonjak tinggi. 

Ini menjadi sentimen negatif yang datang dari eksternal untuk rupiah yang termasuk soft currency. Beberapa mata uang Asia lain yang pasarnya buka hari ini juga mengalami depresiasi.

Sebut saja, rupee India yang turun 0,05%, kemudian ada yen yang ambles 0,13%, won Korea Selatan terpangkas tipis 0,01%. Kemungkinan jika pasar buka hari ini rupiah akan bernasib sama dengan mata uang Asia tersebut. 

Apalagi jika melihat pasar non-delivery forward (NDF), posisi rupiah terhadap dolar AS melemah jika dibandingkan dengan posisi rupiah di pasar NDF kemarin. Hal ini semakin mengukuhkan jika pasar tetap buka tak menutup kemungkinan rupiah terkoreksi.

PeriodeKurs NDF (28/10/2020) 08.54Kurs NDF (29/10/2020) 08.53
1 Pekan1469414717
1 Bulan14711114756
2 Bulan1476714797
3 Bulan1481814843
6 Bulan1494114993
9 Bulan1509915161
1 Tahun1528515316
2 Tahun1601115976

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular