
Bursa Asia Loyo, Indeks Shanghai Menguat Sendirian

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia mayoritas masih bergerak di zona merah pada pukul 11:00 WIB, di tengah kabar melonjaknya kasus harian virus corona di Amerika Serikat (AS) dan Eropa serta kabar dari stimulus corona AS yang hingga kini masih "menggantung".
Pada pukul 11:00 WIB, indeks Nikkei Jepang terkoreksi 0,29%, Hang Seng di Hong Kong melemah 0,24%, Shanghai China menguat 0,16%, indeks STI Singapura terpangkas 0,47% dan KOSPI dari Korea Selatan turun tipis 0,08%.
Pada pukul 12.30 WIB, indeks Shanghai masih menguat 0,32% sendirian, sementara Nikei masih minus 0,30%, Hang Seng juga turun 0,10%.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini tidak dibuka karena sedang libur panjang memperingati Maulid Nabi SAW.
Bursa Asia mayoritas masih bergerak di zona merah di tengah meningkatnya kasus harian virus corona (Covid-19) di AS dan Eropa. Selain itu, ketidakpastian dari stimulus corona AS masih menjadi kekhawatiran bagi pelaku pasar di global.
Kenaikan kasus harian baru corona (Covid-19) di AS mengkhawatirkan investor. Belum lagi, corona meningkat di seluruh Eropa, di mana pemerintah memberlakukan aturan pembatasan baru.
Mundurnya ketok palu stimulus ekonomi AS juga mempengaruhi pergerakan bursa saham acuan global. Presiden AS Donald Trump mengatakan Kongres akan menyetujui paket penyelamatan pandemi itu setelah 3 November.
"Kemunduran yang kita lihat adalah karena langkah risk-off akibat paket stimulus yang sekarang dikesampingkan," kata kepala strategi pendapatan tetap di Wisdom Tree Investments Kevin Flanagan, seraya menyebut ini membuat investor kecewa.
Sementara itu, data kepercayaan konsumen AS di bulan Oktober tertinggal dari ekspektasi analis.
"Penilaian konsumen terhadap kondisi saat ini membaik sementara ekspektasi menurun, terutama didorong oleh melemahnya prospek pekerjaan jangka pendek," kata Direktur Senior Indikator Ekonomi The Conference Board Lynn Franco dikutip dari AFP.
Di Korea, sentimen terkuat datang dari kabar ekonomi Korsel yang resmi resesi. Setelah di kuartal II 2020 (Q2) ekonomi -2,7%, PDB Negeri Ginseng tersebut juga berkontraksi 1,3% di Q3 2020 dalam basis tahunan (yoy).
Ini menjadikan negeri 'oppa' resmi masuk jurang resesi. Resesi sendiri diartikan sebagai negatifnya pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
