
Korsel Resesi, Bursa Asia Babak Belur! IHSG Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia masih bergerak di zona merah pada pukul 11:00 WIB, seiring dari lonjakan kasus corona (Covid-19) di Amerika Serikat (AS) dan terjadinya resesi ekonomi di Korea Selatan.
Pada pukul 11:00 WIB, indeks Nikkei Jepang melemah 0,44%, Hang Seng di Hong Kong ambles 1,16%, Shanghai China terkoreksi 0,37%, indeks STI Singapura turun 0,61% dan KOSPI dari Korea Selatan terdepresiasi 0,14%.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pukul 11:00 WIB menguat tipis 0,01% ke level 5.144,53.
Pergerakan IHSG cenderung berfluktuasi, di mana sekitar 5 menit sebelumnya, IHSG sempat bergerak di zona merah, walaupun cenderung tipis.
Akhirnya pada penutupan sesi I, IHSG minus 0,12% di level 5.137.
Dari Asia, sentimen terkuat dayang dari kabar ekonomi Korea Selatan (Korsel) yang resmi resesi. Setelah di kuartal II 2020 (Q2) ekonomi -2,7%, PDB negeri K-pop itu juga berkontraksi 1,3% di Q3 2020 dalam basis tahunan (yoy).
Ini menjadikan negeri 'oppa' resmi masuk jurang resesi. Resesi sendiri diartikan sebagai negatifnya pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun.
Mengutip Trading Economics dari Bank of Korea (BoK), di sisi pengeluaran, konsumsi turun lebih jauh -2,3% dari -1,3%. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto menguat 2,6% dari sebelumnya 1,9%.
Ekspor turun 3,7% dari sebelumnya -13%. Sedangkan impor turun 5,3% dari sebelumnya -8,5%.
Di kawasan Asia, selain rilis data pertumbuhan ekonomi Korea Selatan, hari ini di China, data ekonomi yang dirilis adalah data laba industri China untuk periode September 2020.
Berdasarkan data dari Tradingeconomics, laba industri Negeri Panda tersebut naik dari sebelumnya -4,4% menjadi -2,4% setahun berjalan (year-to-date/YTD).
Bursa Asia masih bergerak di zona merah karena melonjaknya kasus corona di AS yang membuat bursa saham acuan global, Wall Street terkoreksi cukup dalam.
Selain itu, redupnya optimisme pasar terkait stimulus corona di AS juga memperberat bursa saham global, termasuk Asia.
Berdasarkan data kompilasi Universitas Johns Hopkins menunjukkan pertambahan kasus infeksi akibat virus corona harian di AS telah meningkat menjadi rata-rata 68.767 kasus selama tujuh hari terakhir.
Ini adalah sebuah rekor. Pada hari Minggu saja, lebih dari 60.000 kasus dilaporkan. Paman Sam melaporkan lebih dari 83.000 infeksi baru pada hari Jumat dan Sabtu setelah wabah di negara bagian Sun Belt, melampaui rekor sebelumnya sekitar 77.300 kasus
"Bagi saya, ini adalah gelombang kedua pandemi," kata Frank Rybinski, kepala strategi makro di Aegon Asset Management. "Sampai kita berhasil memberantas virus, itu akan menjadi seperti awan abu-abu di pasar." tambahnya.
Melansir CNBC International, Rybinski menambahkan bahwa perusahaannya telah "mengurangi risiko" dari portofolionya dalam beberapa bulan terakhir.
Optimisme seputar kesepakatan soal stimulus lanjutan Covid-19 juga meredup. Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan kepada CNBC International dalam acara "Squawk Box" pada hari Senin bahwa pembicaraan telah melambat, tetapi ia menambahkan bahwa negosiasi masih berlangsung.
Ketua DPR Nancy Pelosi, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dalam semua undang-undang kami, kami telah menekankan pentingnya pengujian, tetapi Pemerintah tidak pernah menindaklanjuti.
"Pasar kemungkinan akan turun lebih rendah dalam waktu dekat (level support pertama S&P 500 di 3.209) dalam menghadapi kekecewaan Stimulus ... kebangkitan virus, dan meningkatnya ketidakpastian pemilihan," kata Julian Emanuel, ahli strategi di BTIG.
"Pukulan ganda dari RUU stimulus yang macet dan kenaikan kasus baru tertinggi adalah pengingat keras dari banyak kekhawatiran yang masih ada di luar sana," kata Ryan Detrick, kepala strategi pasar di LPL Financial.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
