
Wall Street "Kebakaran", Semua Bursa Saham Asia "Hangus"

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia kompak dibuka melemah pada perdagangan Selasa (27/10/2020), mengikuti bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street yang kembali ditutup melemah pada Senin (26/10/2020) waktu AS atau Selasa pagi waktu Indonesia.
Tercatat indeks Nikkei di Jepang dibuka melemah 0,47%, Hang Seng di Hong Kong turun 0,32%, Shanghai China terdepresiasi 0,32%, STI Singapura anjlok 0,45% dan KOSPI Korea Selatan terperosok 0,68%.
Di kawasan Asia, data ekonomi yang telah dirilis adalah data pembacaan awal pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada kuartal III-2020.
Tercatat ekonomi Negara Ginseng tersebut tumbuh dari sebelumnya di zona minus 3,2% menjadi 1,9% secara kuartalan (QtQ). Sedangkan secara tahunan (YoY), ekonomi Korea Selatan tumbuh dari sebelumnya di -2,7% menjadi 1,3%.
Data ekonomi lainnya yang akan dirilis di kawasan Asia adalah laba industri China periode September 2020.
Beralih ke barat, tepatnya bursa saham New York, tiga indeks saham utama Wall Street ditutup anjlok ke zona merah dini hari tadi. Ketiga indeks saham acuan terkoreksi dalam.
S&P 500 ambles 1,86%, Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpangkas 2,29% sementara Nasdaq Composite terpangkas 1,64%.
Kasus infeksi Covid-19 di AS terus melonjak dan membuat pasar saham AS babak belur. Data kompilasi Universitas Johns Hopkins menunjukkan pertambahan kasus infeksi akibat virus corona harian di AS telah meningkat menjadi rata-rata 68.767 kasus selama tujuh hari terakhir.
Ini adalah sebuah rekor. Pada hari Minggu saja, lebih dari 60.000 kasus dilaporkan. Paman Sam melaporkan lebih dari 83.000 infeksi baru pada hari Jumat dan Sabtu setelah wabah di negara bagian Sun Belt, melampaui rekor sebelumnya sekitar 77.300 kasus
"Bagi saya, ini adalah gelombang kedua pandemi," kata Frank Rybinski, kepala strategi makro di Aegon Asset Management. "Sampai kita berhasil memberantas virus, itu akan menjadi seperti awan abu-abu di pasar." tambahnya.
Melansir CNBC International, Rybinski menambahkan bahwa perusahaannya telah "mengurangi risiko" dari portofolionya dalam beberapa bulan terakhir.
Optimisme seputar kesepakatan soal stimulus lanjutan Covid-19 juga meredup. Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan kepada CNBC International dalam acara "Squawk Box" pada hari Senin bahwa pembicaraan telah melambat, tetapi ia menambahkan bahwa negosiasi masih berlangsung.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dalam semua undang-undang kami, kami telah menekankan pentingnya pengujian, tetapi Pemerintah tidak pernah menindaklanjuti.
"Pasar kemungkinan akan turun lebih rendah dalam waktu dekat (level support pertama S&P 500 di 3.209) dalam menghadapi kekecewaan Stimulus ... kebangkitan virus, dan meningkatnya ketidakpastian pemilihan," kata Julian Emanuel, ahli strategi di BTIG.
"Pukulan ganda dari RUU stimulus yang macet dan kenaikan kasus baru tertinggi adalah pengingat keras dari banyak kekhawatiran yang masih ada di luar sana," kata Ryan Detrick, kepala strategi pasar di LPL Financial.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
