
Cerita Ustad Yusuf Mansur Ogah Lepas Saham BRIS

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga penawaran pembelian saham oleh pengendali dalam rangka merger bank syariah BUMN, PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) hanya berada di kisaran Rp 781/saham. Harga saham ini didapatkan dari valuasi harga wajar BRIS oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Suwendho, Rinaldy dan rekan.
Harga saham terus terkoreksi sejak awal perdagangan Kamis (22/10/20) yakni minus 6,81% menyentuh level auto reject bawah (ARB) di level Rp 1.300/saham. Bahkan pada perdagangan Jumat, (23/10/2020) antrean saham BRIS yang menanti di level ARB di harga Rp 1.300/unit sebanyak 1,22 juta lot atau senilai Rp 159 miliar.
Data BEI mencatat, koreksi ini melanjutkan penurunan tajam saham BRIS pada perdagangan Rabu yang juga kena batas bawah maksimal penurunan sebesar 7%, di harga Rp 1.395/saham.
Kendati demikian, mulai ada kebangkitan. Terpantau pada penutupan perdagangan sesi pertama Jumat (23/10/20) harga BRIS terkoreksi 3,46% di level Rp 1.255/saham setelah sempat melesat naik 4,62%.
Transaksi BRIS kembali ramai pada perdagangan Jumat dengan nilai transaksi mencapai Rp 702 miliar pada pertengahan perdagangan hari ini dengan dana asing yang kembali masuk Rp 8,3 miliar.
Broker yang banyak memborong saham BRIS di harga ARB-nya sendiri adalah PT Samuel Sekuritas (IF) yang membeli saham BRIS sebanyak 251 ribu lot di harga rata-rata Rp 1.212/unit dekat dengan harga ARB BRIS yakni Rp 1.210/unit dan menjadi broker bertransaksi besar dengan pembelian rata-rata terendah di saham BRIS pada Jumat.
Selain IF, data perdagangan mencatat broker-broker lain yang getol membeli BRIS di harga ARB-nya adalah PT Semesta Indovest Sekuritas (MG) dan PT Jasa Utama Capital Sekuritas (YB).
Sedangkan broker dengan beli bersih saham BRIS terbanyak tengah jatuh kepada PT Valbury Sekuritas (CP) dengan beli bersih sebanyak 63.674 lot saham BRIS.
Dihubungi secara terpisah Ustaz kondang, Yusuf Mansur yang juga pendiri Paytren, menegaskan belum akan melepas saham BRIS mengingat horizon investasinya adalah investasi jangka panjang demi pengembangan perbankan syariah.
Komitmen itu disampaikan kendati saham BRIS saat ini mulai mengalami tren turun di tengah sentimen positif merger bank syariah BUMN. Dalam skema merger, BRIS akan menjadi bank survivor dan menerima penggabungan dua bank syariah BUMN lainnya yakni PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNI). Merger tiga bank syariah pelat merah ini akan efektif pada 1 Februari 2021.
"Harus ada kemauan untuk membersamai industri syariah dan ekonomi umat, yang bukan bicara cash in cash out, bukan chip in chip out, memuaskan diri menjadi pemegang saham dan dapat bagi hasil dari Allah, di dan dari setiap kegiatan dan aktivitas perbankan syariah, entar keberkahan dunia, ngikut," katanya dalam pesan WhatsApp kepada CNBC Indonesia, Jumat (23/10/2020).
Ustad Yusuf Mansur adalah salah satu dari sekian banyak pemegang saham BRISyariah dari investor ritel di bawah 5% sehingga tidak tercatat dalam laporan keuangan BRIS.
Dia mengatakan berkaitan dengan dilusi pemegang saham publik saat bank BRIS efektif merger, Yusuf Mansur menegaskan dilusi menjadi keniscayaan di investasi mana pun.
"Sebenarnya ga ada pilihan. Ke depan pasti dilusi itu keniscayaan. Makanya, jaga niat banget [untuk niat investasi] atau ya mangga [silakan] ditarik, dilepas [jika ingin jangka pendek]," katanya.
"Dilusi, seperti keharusan sebuah perjalanan perbankan, nambah modal terus menerus. Kecuali sudah jadi Bank BUKU 4. Mudah-mudahan kategori merger ini menjadikan bank syariah gabungan ini jadi dan berkelas bank BUKU 4 [bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun]."
Persoalan terdilusi sebagai sebuah sistem, menurutnya sudah terjadi di hampir semua bentuk dan wujud usaha apapun, apalagi termasuk perbankan. Jika demikian, lanjutnya, maka kelak bisa saja umat yang membersamai di awal, bisa zero sahamnya.
"Jika ini yang terjadi, semoga segala keberkahan nawaitu [niat baik karena Allah] berjuang karena Allah, sudah membawa kepada pulang modal dan untung dunia akhirat dari semua pintu rizki, di dan dengan berbagai bentuknya," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan niat berinvestasi jangan disertai dengan mental mengambil untung sesaat di bank syariah. "Tapi kan yang begini-begini, suka bikin nyesek diri sendiri. diserang sana sini sendiri, diomongin yang engga-engga," jelasnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gokil! Saham BRIS Cuan 629%, Asing Ramai-ramai Borong
