
Dear Mr Trump, Stimulus Jadi Nggak? Ditunggu Sama Rupiah Nih

Namun di sisi lain, perbedaan antara Gedung Putih dengan Capitol Hill masih terpampang nyata. Sekarang giliran kubu pendukung pemerintah yaitu Partai Republik yang buka suara keberatan dengan stimulus fiskal US$ 2 triliun.
Republik memandang beban fiskal pemerintah sudah terlalu berat. Stimulus US$ 2 triliun akan semakin membuat utang pemerintah membengkak dan menjadi beban berat pada masa mendatang.
Jadi walau paket stimulus bisa lolos di House of Representatives (yang didominasi Demokrat), tetapi masih bisa terganjal di Senat (di mana Republik menjadi mayoritas). Situasi menjadi semakin tidak jelas.
"Sepertinya kita tidak akan ke mana-mana. Banyak bicara, tidak ada kerja," ujar Richard Shelby, Ketua Komite Kelayakan Senat, seperti diberitakan Reuters.
Oleh karena itu, suara-suara pesimisme mulai terdengar di Gedung Putih. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mulai tidak yakin stimulus bisa diketok sebelum pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) 3 November mendatang.
"Masih ada perbedaan pandangan yang signifikan dalam hal kebijakan. Mungkin ini belum bisa dituntaskan sebelum 3 November," kata Kudlow, seperti dikutip dari Reuters.
Perkembangan ini membuat dolar AS diuntungkan. Saat ketidakpastian sedang tinggi, investor tentu berpikir ribuan kali untuk bermain di aset-aset berisiko. Aset aman (safe haven) seperti dolar AS pun jadi primadona di pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
