
Dear Mr Trump, Stimulus Jadi Nggak? Ditunggu Sama Rupiah Nih

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Masih belum jelasnya nasib stimulus fiskal di Negeri Paman Sam membuat dolar AS punya tenaga untuk menekan mata uang Asia, termasuk rupiah.
Pada Jumat (23/10/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.650 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
Seperti kemarin, hingga hari ini laju penguatan dolar AS belum terbendung. Pada pukul 07:21 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,12%.
Investor masih memasang mode main aman karena menunggu nasib stimulus fiskal di AS. Di satu sisi, ada kabar baik di mana pemerintah dan Kongres disebut-sebut sudah hampir mencapai kata sepakat soal stimulus fiskal bernilai US$ 2 triliun. Naik dibandingkan proposal awal pemerintahan Presiden Donald Trump yaitu US$ 1,8 triliun, tetapi masih di bawah usulan kubu oposisi Partai Demokrat yakni US$ 2,2 triliun. Jalan tengahnya ya US$ 2 triliun.
"Saat ini adalah momentum yang paling optimistis bagi kami untuk mencapai kesepakatan," tegas Alyssa Farah, Juru Bicara Gedung Putih, sebagaimana diwartakan Reuters.
Namun di sisi lain, perbedaan antara Gedung Putih dengan Capitol Hill masih terpampang nyata. Sekarang giliran kubu pendukung pemerintah yaitu Partai Republik yang buka suara keberatan dengan stimulus fiskal US$ 2 triliun.
Republik memandang beban fiskal pemerintah sudah terlalu berat. Stimulus US$ 2 triliun akan semakin membuat utang pemerintah membengkak dan menjadi beban berat pada masa mendatang.
Jadi walau paket stimulus bisa lolos di House of Representatives (yang didominasi Demokrat), tetapi masih bisa terganjal di Senat (di mana Republik menjadi mayoritas). Situasi menjadi semakin tidak jelas.
"Sepertinya kita tidak akan ke mana-mana. Banyak bicara, tidak ada kerja," ujar Richard Shelby, Ketua Komite Kelayakan Senat, seperti diberitakan Reuters.
Oleh karena itu, suara-suara pesimisme mulai terdengar di Gedung Putih. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mulai tidak yakin stimulus bisa diketok sebelum pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) 3 November mendatang.
"Masih ada perbedaan pandangan yang signifikan dalam hal kebijakan. Mungkin ini belum bisa dituntaskan sebelum 3 November," kata Kudlow, seperti dikutip dari Reuters.
Perkembangan ini membuat dolar AS diuntungkan. Saat ketidakpastian sedang tinggi, investor tentu berpikir ribuan kali untuk bermain di aset-aset berisiko. Aset aman (safe haven) seperti dolar AS pun jadi primadona di pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
