
Sudah Turun Nyaris 3%, Dolar Australia Naik Juga ke Rp 10.350

pJakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia akhirnya menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (21/10/2020) setelah merosot nyaris 3% sejak pekan lalu, dan berada di level terendah dalam lebih dari 2 bulan terakhir. Perekonomian Negeri Kanguru yang diprediksi membaik memicu aksi short covering (menutup posisi jual) yang membuat dolar Australia bangkit.
Pada pukul 10:44 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.356, dolar Australia menguat 0,32% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Ekonom bank Westapac, Bill Evans, meramal kondisi ekonomi Australia dalam 3 sampai 9 bulan ke depan akan membaik. Hal tersebut terlihat dari Westpac/Melbourne Institute (MI) Leading index, yang membaik menjadi -0,48% di bulan September, dari sebelumnya -2,28% di bulan Agustus.
Westpac melihat pertumbuhan ekonomi Australia di kuartal III dan IV-2020 akan kembali positif. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan dan 2022 juga direvisi naik menjadi 2,8% dan 3,2%.
Pertumbuhan ekonomi yang diramal membaik tersebut membuat dolar Australia menguat (setidaknya hingga siang ini) setelah melemah dalam 2 hari terakhir, bahkan sejak pekan lalu sudah dalam tren menurun. Total sepanjang pekan lalu hingga kemarin dolar Australia merosot 2,82%.
Penurunan tajam tersebut dan adanya kabar baik tentunya memicu aksi short covering, yang membuat dolar Australia naik.
Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang mengindikasikan akan memangkas suku bunga menjadi penekan dolar Australia sejak pekan lalu.
Kemarin, rilis notula rapat kebijakan moneter RBA yang dihelat 6 Oktober lalu menunjukkan jika suku bunga akan kembali di pangkas pada bulan November. Tidak hanya memangkas suku bunga, RBA juga akan menggelontorkan miliaran dolar untuk memacu perekonomian.
Dalam notula tersebut, RBA melihat jika memangkas suku bunga saat ini akan memberikan dampak lebih besar ke perekonomian ketimbang saat pada bulan April dan Mei lalu.
Hasil survei Reuters menunjukkan RBA diprediksi akan memangkas suku bunga acuan menjadi 0,1% dari saat ini 0,25% di bulan November.
Gubernur RBA, Philip Lowe, yang berbicara di acara konferensi investasi tahunan Citi Group Kamis (15/10/2020) pekan lalu mengatakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendukung pasar tenaga kerja serta mengurangi tekanan dari penguatan dolar Australia.
Data terbaru yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik menunjukkan tingkat pengangguran Australia naik menjadi 6,9% pada bulan September, dari bulan sebelumnya 6,8%.
"Ketika pandemi berada di titik terburuk dan diperparah dengan pembatasan aktivitas, kami melihat dampak dari pelonggaran moneter tidak terlalu besar," kata Lowe sebagaimana dilansir news.com.au, Kamis (15/10/2020).
"Saat ekonomi mulai dibuka, akan masuk akan untuk memperkirakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendorong perekonomian berputar lebih cepat ketimbang sebelumnya," tambahnya.
Lowe juga mengatakan, suku bunga tidak akan dinaikkan setidaknya dalam 2 sampai 3 tahun ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
