
Rencana Besar Erick Thohir soal Telkom, Investasi di Gojek?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yakni PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) menjual 6.050 menara telekomunikasi (Base Transceiver Station/BTS) ke sister company-nya PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) sempat bikin heboh.
Sebenarnya ini transaksi jual beli biasa dan dilakukan oleh dua entitas usaha yang induknya sama, Telkom, yang didorong oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir demi menata bisnis anak usaha sesuai dengan bisnis inti (core business).
Namun nilai transaksi yang besar Rp 10,3 triliun, dan sejumlah rencana aksi korporasi yang dilakukan oleh anak usaha Telkom ini menjadi perhatian publik.
Manajemen mengungkapkan, akuisisi 6.050 menara tersebut merupakan bagian dari upaya Mitratel untuk memperbesar nilai aset, sehingga valuasi menjadi menarik bagi investor.
Namun akuisisi menara milik Telkomsel tersebut tampaknya tidak berhenti di sini. Mitratel tampaknya akan membeli sisa BTS yang dimiliki oleh Telkomsel, sehingga bisnis pengelolaan dan penyewaan menara di Grup Telkom terfokus pada satu anak usaha saja.
Bahkan, menurut kalangan pelaku pasar yang memberikan informasi ke CNBC Indonesia, Mitratel berpotensi menjadi perusahaan menara terbesar di Indonesia.
Lalu bagaimana dengan Telkomsel, yang baru saja mendapatkan dana segar Rp 10,3 triliun?
Dana jumbo tersebut tentu nilai yang sangat besar untuk dipakai berbagai kebutuhan modal kerja, atau jangan-jangan akuisisi.
Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro mengatakan dana yang diperoleh dari transaksi ini akan dimaksimalkan untuk mengembangkan investasi dalam membangun ekosistem digital Telkomsel, dengan terus menjadi yang terdepan untuk menghadirkan konektivitas, layanan, serta platform berbasis digital yang customer-centric.
Beberapa waktu lalu sempat beredar kabar, Telkom melalui Telkomsel dikabarkan tertarik untuk berinvestasi di perusahaan rintisan decacorn PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau Gojek.
Rencana ini berembus kuat dan Telkomsel dikabarkan telah mencapai kesepakatan investasi dengan Gojek.
Namun kabar tersebut belum direspons secara resmi oleh Telkomsel. Namun yang jelas, Telkomsel sedang bersiap untuk mengembangkan bisnis inti seperti yang disampaikan Setyanto.
Telkom tampaknya memang sedang berbenah dengan menata bisnis anak usahanya.
Hal tersebut ditegaskan Direktur Strategic Portfolio Telkom Budi Setyawan Wijaya yang mengatakan aksi korporasi yang dilakukan dua anak usahanya ini, merupakan bagian dari penataan portofolio Telkom Group demi optimalisasi bisnis dan aset yang dimiliki serta memastikan optimal value bagi pemegang saham.
"Langkah ini juga merupakan upaya untuk value creation bisnis tower dan memastikan agar setiap entitas anak perusahaan dapat fokus dalam melakukan penguatan pada lini bisnisnya masing-masing," jelasnya.
CNBC Indonesia pernah menanyakan secara langsung soal rencana Telkom, melalui Telkomsel, masuk ke Gojek.
Vice President Corporate Communication Arief Prabowo menjelaskan, untuk aksi korporasi khususnya terkait dengan Merger and Acquisition (M&A), sebagai perusahaan publik Telkom terikat pada Non Disclosure Agreement (NDA) dengan pihak-pihak terkait.
"Karenanya sepanjang belum ada kesepakatan dari pihak-pihak yang terlibat, Telkom tidak dapat memberikan informasi apapun ke publik," kata Arief yang akrab dipanggil Bobby kepada CNBC Indonesia melalui pesan singkat, Kamis (17/9/2020).
Namun demikian, lanjut Arief, seiring dengan transformasi bisnis perusahaan untuk menjadi perusahaan telekomunikasi digital, Telkom tetap terus menjajaki segala peluang bisnis yang sejalan dengan arah transformasi untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan serta fokus pada bisnis digital connectivity, digital platform dan digital services.
Arief mengatakan, upaya pengembangan kompetensi perusahaan khususnya pada lini digital platform dan digital services, tak hanya dilakukan melalui skema pengembangan sumber daya yang sudah ada (build), tapi juga melalui skema kemitraan (borrow).
Bisa juga memanfaatkan sumber daya eksternal (buy) yang dapat dilakukan baik dengan berbagai start-up, unicorn maupun decacorn sekalipun.