Saham HRUM Terbang Saat Emiten Batu Bara Merah, Ada Apa?

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
20 October 2020 14:34
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten batu bara milik keluarga KikiĀ Barki, PT Harum Energy Tbk (HRUM) melesat pada perdagangan hari ini, Selasa (20/10), saat saham-saham dari sektor batu bara cenderung terkoreksi jelang penutupan sesi II.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham HRUM tercatat melesat 10,12% ke level Rp 1.905/unit. Nilai transaksi saham ini juga cukup besar mencapai Rp 70,2 miliar dari 36,19 juta saham yang ditransaksikan.

Padahal pada saat yang sama, harga saham-saham produsen batu bara besar sedang mengalami koreksi. Misalnya, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) minusĀ 1,46%, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terkoreksi 1,23%, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) drop 0,89%.

Senin kemarin (19/10/2020), harga batu legam untuk kontrak yang aktif diperdagangkan masih mampu ditutup dengan apresiasi. Harga batu bara kontrak acuan Newcastle naik 1,13% ke US$ 58,15/ton.

Pada periode 6-13 Oktober 2020, harga batu bara ini anjlok 13,4%. Namun setelah itu pada 14-19 Oktober harga batu bara naik 8,4%.

Harga batu bara memang belum sampai ke level tertingginya di bulan Oktober di US$ 62,3. Harga batu legam ini sempat anjlok 6,51% dalam sehari dan menjadi koreksi harian terdalam sepanjang tahun ini setelah China dikabarkan memblokir impor batu bara Australia.

Sementara itu, kabar aksi korporasi dari HRUM yang sempat disampaikan dalam keterbukaan informasi, Jumat (16/10/2020) yaitu rencana kembali membeli saham Nickel Mines Limited sebanyak 10,55 juta saham. Transaksi itu dilakukan dengan harga sebesar 5,27 juta dolar Australia atau setara Rp51,75 miliar (Kurs Rp9.803,74 per dolar Australia).

Sebelumnya, pada 2 Juni 2020 perseroan telah membeli sebanyak 68,53 juta saham Nickel Mines Limited dengan harga jual beli sebesar 34,26 juta dolar Australia atau setara Rp335,87 miliar.

"Dengan demikian, total kepemilikan perseroan atas saham Nickel Mines Limited sebanyak 79,089 juta saham atau setara dengan 3,72 persen dari seluruh modal ditempatkan," tulis Direktur Utama Harum Energy Ray A. Gunara seperti dikutip dari keterbukaan informasi, Selasa (16/6/2020).

Adapun, Nickel Mines Limited merupakan perusahaan terdaftar di Bursa Efek Australia yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan nikel.

Nickel Mines memegang kepemilikan 60% di proyek Hengjaya Nickel dan Ranger Nickel, keduanya mengoperasikan pabrik Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang memproduksi nickel pig iron (NPI) di Indonesia Morowali Industrial Park.


(hps/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harum Energy Caplok Saham Produsen Nikel Australia Rp 339 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular