
Batu Bara Konsisten Reli 4 Hari Beruntun, Ternyata Gegara Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara domestik China yang tinggi masih jadi sentimen utama pengerek harga batu bara termal Newcastle.
Senin kemarin (19/10), harga batu legam untuk kontrak yang aktif diperdagangkan masih mampu ditutup dengan apresiasi.
Harga batu bara kontrak acuan Newcastle naik 1,13% ke US$ 58,15/ton. Pada periode 6-13 Oktober 2020, harga batu bara ini anjlok 13,4%. Namun setelah itu pada 14-19 Oktober harga batu bara naik 8,4%.
Harga batu bara memang belum sampai ke level tertingginya di bulan Oktober di US$ 62,3. Harga batu legam ini sempat anjlok 6,51% dalam sehari dan menjadi koreksi harian terdalam sepanjang tahun ini setelah China dikabarkan memblokir impor batu bara Australia.
Belum ada kepastian soal desas-desus yang beredar di kalangan trader tersebut sampai saat ini. Pemerintah Australia masih terus menyelidiki rumor tersebut. Namun kebijakan kuota impor China acap kali memberi ketidakpastian yang membuat harga batu bara impor lintas laut (seaborne) menjadi tertekan.
Kuota impor merupakan salah satu bentuk kebijakan untuk melindungi industri batu bara domestik China. Namun saat ini ketatnya pasokan membuat harga batu bara domestiknya naik sangat tinggi.
Harga batu bara termal Qinhuangdao berkalori 5.500 Kcal/Kg yang jadi acuan Negeri Tirai Bambu pekan lalu telah melampaui rentang target yang ditetapkan oleh pemerintah.
Harga batu bara domestik China dipatok di RMB 618/ton atau dalam kurs saat ini setara dengan hampir US$ 92/ton. Jauh melampaui rentang target informal yang dipatok di RMB 500 - RMB 570 per ton atau yang lebih dikenal dengan sebutan zona hijau.
Reuters melaporkan harga batu bara termal di Pelabuhan Newcastle pada 16 Oktober berada di level US$ 51,29/ton. Artinya selisih harga (spread) batu bara domestik China dengan impor mencapai US$ 40,71/ton.
Dalam kondisi normal, selisih harga tersebut seharusnya membuat para trader, importir dan perusahaan setrum China beralih ke batu bara impor yang lebih murah yang juga dibarengi dengan relaksasi kebijakan kuota impor mengingat tahun baru semakin dekat.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi China yang tercatat naik 4,9% pada kuartal ketiga semakin membuktikan bahwa kebutuhan akan komoditas dari negara importir terbesar di dunia itu juga akan terkerek naik.
Namun akibat pandemi Covid-19 dan juga kebijakan untuk melindungi industri dalam negerinya, impor batu bara China sepanjang sembilan bulan terakhir drop 4% lebih 239,4 juta ton dibandingkan tahun lalu.
Untuk memenuhi kebutuhan domestik yang meningkat, pemerintah China terus berupaya untuk menggenjot produksi batu bara lokal. Ke depan jika harga batu bara domestik China terus naik, bukan tidak mungkin kalau harga batu bara Newcastle juga akan ikut terderek.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020