China V-Shape, Kurs Dolar Australia Ikut Melesat ke Rp 10.444

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 October 2020 15:13
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat cukup signifikan melawan rupiah pada perdagangan Senin (19/10/2020) setelah merosot sepanjang pekan lalu. China yang menunjukkan pemulihan ekonomi V-shape memberikan sentimen positif ke dolar Australia hari ini.

Pada pukul 13:03 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.444,17, dolar Australia menguat 0,56% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Pagi tadi Biro Statistik Nasional China mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 sebesar 4,9% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Pertumbuhan tersebut masih di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan 5,2%, tetapi sudah cukup menunjukkan pemulihan ekonomi V-shape saat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) berhasil dihentikan.

Pemulihan ekonomi V-shape artinya setelah merosot tajam, perekonomian langsung bisa bangkit dengan cepat. Pada kuartal II-2020 lalu, ekonomi China tumbuh 3,2% YoY setelah berkontraksi (pertumbuhan negatif) 6,8% YoY di kuartal I-2020.

Kondisi perekonomian China yang membaik turut mengerek dolar Australia, maklum saja China merupakan mitra dagang utama Negeri Kanguru. Ketika ekonomi China tumbuh lebih tinggi, permintaan ekspor dari Australia akan semakin meningkat, perekonomiannya juga bisa ikut terkerek naik.

Kabar baik dari China tersebut memicu aksi short covering (menutup posisi jual) dolar Australia setelah merosot 2,23% sepanjang pekan lalu.

Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang mengindikasikan akan memangkas suku bunga membuat dolar Australia terus tertekan pekan lalu.

Gubernur RBA, Philip Lowe, yang berbicara di acara konferensi investasi tahunan Citi Group Kamis (15/10/2020) pagi mengatakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendukung pasar tenaga kerja serta mengurangi tekanan dari penguatan dolar Australia.

Data terbaru yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik menunjukkan tingkat pengangguran Australia naik menjadi 6,9% pada bulan September, dari bulan sebelumnya 6,8%.

"Ketika pandemi berada di titik terburuk dan diperparah dengan pembatasan aktivitas, kami melihat dampak dari pelonggaran moneter tidak terlalu besar," kata Lowe sebagaiamana dilansir news.com.au, Kamis (15/10/2020).

"Saat ekonomi mulai dibuka, akan masuk akan untuk memperkirakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendorong perekonomian berputar lebih cepat ketimbang sebelumnya," tambahnya.

Lowe juga mengatakan, suku bunga tidak akan dinaikkan setidaknya dalam 2 sampai 3 tahun ke depan.

Hasil survei Reuters menunjukkan RBA diprediksi akan memangkas suku bunga acuan menjadi 0,1% dari saat ini 0,25% di bulan November.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular