Corona Sampai Pilpres AS Bikin Tak Tenang, Rupiah Jadi Merah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 October 2020 09:25
Virus Outbreak France
Kota Paris sepi akibat penerapan jam malam untuk meredam penyebaran virus corona (AP/Lewis Joly)

Per 16 Oktober 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh negara adalah 38.789.204 orang. Bertambah 383.588 orang (1%) dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (3-16 Oktober), rata-rata pasien positif baru bertambah 328.029 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 293.619 orang.

Virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini kembali menghantui Eropa. Ini membuat sejumlah negara Benua Biru mengetatkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing).

Pemerintah Rusia kini mewajibkan siswa kembali belajar jarak jauh, setelah pembelajaran tatap muka di kelas sempat berlangsung. Sementara Irlandia Utara malah juga menutup sekolah selama dua pekan, dan restoran tidak boleh buka sampai sebulan ke depan.

Di Spanyol, pemerintah di wilayah otonom Katalonia menginstruksikan bar dan restoran untuk tutup selama 15 hari. Pusat perbelanjaan masih boleh buka, tetapi pengunjung yang datang dibatasi.

Sedangkan di Republik Ceska, pemerintah berencana untuk menerjunkan para mahasiswa kedokteran untuk berjuang di garis depan. Rumah sakit pun mengurangi tindakan medis non-esensial agar ada tempat tidur bagi pasien Covid-19.

Kemudian soal stimulus fiskal AS. Pemerintah sudah mengajukan stimulus bernilai US$ 1,8 triliun, naik dari proposal sebelumnya yaitu US$ 1,6 triliun. Namun tetap ditolak oleh kubu oposisi Partai Demokrat yang menguasai House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk Komgres AS). Maklum, Demokrat punya usulan stimulus sebesar US$ 2,2 triliun.

"Untuk saat ini saya bisa bilang menyepakati sesuatu sebelum pilpres dan melaksanakannya akan sulit. Namun kami akan terus mencoba untuk mengatasi masalah ini," kata Mnuchin dalam acara Milken Institute Global Conference di Washington, seperti dikutip dari Reuters.

Presiden Donald Trump memang sudah bilang bahwa pemerintah siap untuk memperbarui proposa stimulus dengan mencantumkan angka yang lebih besar dari US$ 1,8 triliun. Namun sampai saat ini belum ada kabar lagi.

"Lupakan stimulus fiskal, tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Pasar sudah berekspektasi stimulus baru bisa diterapkan pada 2021," tegas Chris Weston, Head of Research Pepperstone yang berbasis di Melbourne, seperti dikutip dari Reuters.

Masih dari AS, pekan ini akan dilangsungkan debat calon presiden (capres) babak terakhir. Ada enam topik yang akan dibahas yaitu perang melawan pandemi virus corona, keluarga, ras, perubahan iklim, keamanan nasional, dan kepemimpinan.

Sejauh ini, jajak pendapat yang digelar Reuters/Ipsos masih mengunggulkan sang pesaing Joseph 'Joe' Biden untuk memenangi pilpres yang akan berlangsung pada 3 November mendatang. Dalam polling 13 Oktober, Biden memperoleh suara 43,1% sementara Trump 37,2%.

"Pasar akan terus memantau perkembangan polling untuk melihat apakah ada pergeseran suara. Meski biasanya debat tidak terlalu berdampak terhadap pembentukan opini publik," sebut riset Barclays.

Berbagai ketidakpastian global itu membuat investor belum berani bermain agresif. Sampai kondisi lebih baik, sepertinya pelaku pasar masih akan memasang mode wait and see.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular