
Bad News! Sesi II IHSG Masih Sulit Bangkit, Istirahat Dulu

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama akhir pekan Jumat (16/10/20) ditutup di zona hijau 0,64% di level 5.072,52. Para pelaku pasar mulai pesimis setelah bursa acuan global di Wall Street terkoreksi pada perdagangan dini hari tadi dan peningkatan kasus corona di AS dan Benua Biru, aksi profit taking juga masih berlanjut setelah kemarin lusa IHSG terbang 8 hari beruntun.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 307 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 3,8 triliun.
Hari ini, di kawasan Asia, data ekonomi yang dirilis adalah data harga ekspor-impor dan data tingkat pengangguran di Korea Selatan.Tercatat, ekspor Negeri Ginseng pada September secara year-on-year (YoY) terkontraksi 6,2%.
Walaupun masih tumbuh minus, namun lebih baik dari capaian periode yang sama tahun lalu yang anjlok 6,7%. Sedangkan data tingkat pengangguran Korea Selatan pada September 2020 naik 0,7 poin menjadi 3,9% dari posisi Agustus 2020 di angka 3,2%.
Dari Paman Sam, rilis data ketenagakerjaan terbaru di Negeri Paman Sam mengecewakan. Klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 10 Oktober tercatat 898.000, naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 845.000. Juga lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 825.000.
Data ekonomi lain juga membuat investor kecewa. Angka pembacaan awal indeks kondisi bisnis keluaran Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang New York periode Oktober 2020 adalah sebesar 32,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yakni 40,3.
Dari benua Biru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 15 Oktober adalah 7.406.193 orang. Bertambah 131.726 orang (1,81%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Tambahan 131.726 orang pasien baru dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu mewabah di Eropa. Sedangkan pertumbuhan 1,81% menjadi yang tercepat sejak 10 Oktober.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area bawah atas maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terkoreksi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.111. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.051.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 39, yang meskipun belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli akan tetapi gerak indikator RSI terkonsolidasi turun setelah menyentuh zona jenuh beli sehingga biasanya menandakan pergerakan IHSG selanjutnya akan cenderung terdepresiasi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas bawah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator RSI yang terkonsolidasi turun.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000