Gegara IMF, Kurs Dolar Australia Jadi Naik ke Rp 10.532

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 October 2020 13:00
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

dolaJakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (14/10/2020) setelah membukukan pelemahan 2 hari beruntun. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang memberikan proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi memberikan tekanan bagi rupiah.

Pada pukul 12:41 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.532,55, dolar Australia menguat 0,21% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dalam 2 hari terakhir, mata uang Negeri Kanguru ini melemah 0,65% dan 0,41%.

Dalam World Economic Outlook edisi Oktober, IMF memperkirakan ekonomi dunia pada 2020 mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 4,4%. Membaik dibandingkan proyeksi yang dirilis pada April lalu yaitu -4,9%.

Tetapi kabar buruknya Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat/AS) itu malah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pada Juni lalu, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia terkontraksi 0,3% pada tahun ini. Dalam laporan Oktober, proyeksinya memburuk menjadi kontraksi 1,5%.

"Hampir seluruh negara berkembang diperkirakan mencatat kontraksi ekonomi tahun ini. Sementara negara seperti India dan Indonesia tengah berjuang untuk membuat pandemi lebih terkendali," tulis laporan IMF.

Di sisi lain, dolar Australia sebenarnya sedang tertekan oleh kebijakan bank sentral China (People's Bank of China/PBoC).

PBoC pada Sabtu lalu mengumumkan pelonggaran kebijakan dalam mengambil posisi jual (short) yuan China yang mulai berlaku Senin kemarin. Hal itu dilakukan setelah kurs yuan menguat 6,6% melawan dolar AS sejak bulan Mei.

PBoC memangkas forex risk reserve ratio atau Giro Wajib Minimum (GWM) untuk kontrak forward di pasar valuta asing menjadi 0% dari sebelumnya 20%.

Perbankan yang akan mengambil posisi short kini tidak perlu GWM untuk mengambil posisi short kontrak forward yuan. Sebelumnya, perbankan di China perlu GWM sebesar 20% dari total nilai transaksi.

"Penghilangan GWM sebesar 20% membuat pelaku pasar bisa ikut mengambil posisi short yuan. Perubahan kebijakan tersebut terjadi setelah yuan mencapai rekor terkuat sejak April 2019," kata Kim Mundy, ahli stretegi di Commonwealth Bank of Australia, sebagaimana dilansir poundsterlinglive, Senin (12/10/2020).

Dolar Australia dikatakan memiliki korelasi yang positif yang kuat dengan yuan China, sebab kedua negara merupakan mitra dagang utama. Outlook perekonomian China juga kerap dikaitkan dengan outlook Australia.

Alhasil, dalam 2 hari terakhir dolar Australia turun lebih dari 1% melawan rupiah, sebelum bangkit pada hari ini.


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular