
Kelar Merger, Bank Syariah BUMN Siap Garap Pasar Sukuk Global

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Project Management Officer (PMO) Merger Bank Syariah BUMN, Hery Gunardi mengatakan sejumlah rencana akan dilakukan bank hasil merger PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT BNI Syariah (BNIS).
Dalam merger ini, Bank BRISyariah ditetapkan menjadi bank survivor atau entitas yang menerima penggabungan (surviving entity) dari merger tiga bank syariah BUMN.
Beberapa rencana yang akan dilakukan setelah merger yakni fokus pada bisnis wholesale banking (corporate banking) di keuangan syariah yang dinilai masih cukup lambat bertumbuh di bank-bank syariah pelat merah.
Padahal potensinya sangat besar tak hanya di dalam negeri namun juga untuk menembus pasar di Timur Tengah. Fokus ini termasuk juga menggarap potensi pasar global sukuk.
"Pengalaman di domestik BSM, BRIS, BNIS dari produk ritel membaik, termasuk gadai emas. Tapi dari wholesale ketinggalan, padahal potensinya besar seperti global sukuk. Market Middle East potensial dan issuer [penerbit sukuk] di Indonesia banyak," kata Hery dalam konferensi pers virtual, di Jakarta, Selasa (13/10/2020).
Hery yang juga Wakil Direktur Utama PT Bank Bank Mandiri Tbk (BMRI) ini mengatakan, bank hasil penggabungan ini akan memiliki kemampuan untuk bisa membawa perusahaan-perusahaan dalam negeri, seperti perusahaan pelat merah lainnya, untuk bisa menggalang dana hingga ke pasar global.
"Jadi ga konsumer, ritel saja. Jadi wholesale juga baik lokal maupun internasional," imbuhnya.
Adapun ketiga bank tersebut akan segera menjalankan proses merger dan ditargetkan bisa rampung pada Februari 2021 nanti.
Setelah penggabungan ini, ditaksir pada 2025, nilai aset perusahaan ini tembus Rp 390 triliun, kemudian target pembiayaan bisa menembus Rp 272 triliun, dan pendanaan sekitar Rp 335 triliun.
Sedangkan untuk posisi Juni 2020, nilai aset ketiga bank ini tercatat senilai Rp 214,6 triliun dengan nilai ekuitas Rp 20,4 triliun.
Hingga akhir tahun nanti diperkirakan akan terjadi peningkatan aset hingga mencapai Rp 220 triliun-Rp 250 triliun dengan laba tahun berjalan senilai Rp 2,2 triliun.
Hery juga menjelaskan dengan penggabungan ini bank tersebut bisa masuk 10 bank berdasarkan kapitalisasi pasar.
"Kalau selesai legal merger Q1 2021 memiliki aset Rp 220-225 triliun tentunya akan menempati nomor 7-8 perbankan top 10 di Indonesia jadi bagus dan besar," jelasnya.
Dia mengatakan alasan merger ini karena pemerintah melalui Kementerian BUMN ingin ada bank syariah terbesar guna mengakomodasi pasar yang begitu besar dengan jumlah penduduk Muslim terbesar.
"Menteri BUMN ingin sekali mengarahkan dan gimana meningkatkan core competence masing masing, pun tak kecuali perbankan."
"Kementerian BUMN berencana gabungkan 3 bank syariah BRIS, BSM, BNIS tujuannya adalah agar Indonesia sebagai negara penduduk Muslim terbesar dunia, 13% populasi Muslim dunia adalah Indonesia jadi harapannya bisa ada bank syariah besar dan daya saing global ga hanya domestik tapi internasional," tegasnya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Uji Prospek Saham BRIS di Tengah Sentimen Merger Bank Syariah
