
Jangan Mupeng! Saham BRIS Cuan 498%, AGRO Untung 353%

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja saham dua anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) saham-sama mencetak penguatan signifikan dalam 6 bulan terakhir akumulatif di tengah kondisi pasar modal yang belum pulih benar akibat dampak pandemi Covid-19.
Kedua anak usaha itu yakni PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) dan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO).
Data perdagangan mencatat Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham BRIS menyentuh batas auto reject atas (ARA) atau batas penolakan sistem perdagangan BEI, setelah melesat 25% di posisi Rp 1.125/saham, sampai dengan penutupan perdagangan pukul 15.00 WIB, Selasa (13/10).
Dalam sehari, saham BRIS ditransaksikan mencapai Rp 989,48 miliar dengan volume perdagangan 915,49 juta saham.
Selama 5 hari perdagangan terakhir akumulatif sejak pekan lalu, saham BRIS naik 33,14%, 1 bulan terakhir naik 25%, dan 3 bulan terakhir naik 156%.
Bahkan dalam 6 bulan terakhir, saham BRIS meroket 498,40% dengan kapitalisasi pasar Rp 10,93 triliun
Secara year to date (ytd), saham BRIS naik 241% dengan catatan net buy asing sejak Januari hingga penutupan Selasa mencapai Rp 18,16 miliar.
Di sisi lain, saham AGRO juga melesat 25% di level Rp 430/saham. Level harga tersebut juga menyentuh batas atas ARA. Nilai transaksi saham AGRO mencapai Rp 439 miliar dan volume perdagangan 1,09 miliar saham, serta kapitalisasi pasar Rp 9,18 triliun.
Dalam 5 hari perdagangan saham AGRO naik 30%, 1 bulan terakhir naik 21%, 3 bulan terakhir juga meroket 195%, dan 6 bulan terakhir melesat 353%.
Secara tahun berjalan saham AGRO masih menguat 117% dengan catatan net buy asing ytd Rp 2,98 miliar.
Adapun saham induknya BBRI pada Selasa kemarin ditutup naik 2,82% di level Rp 3.280/saham. Dalam 3 bulan terakhir saham BRI naik 3% dan 6 bulan naik 9%, serta ytd saham bank BUMN yang fokus pada UMKM ini minus 25%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai indeks acuan utama di BEI masih melorot 18,52% tapi dalam 6 bulan naik 16,27%.
Salah satu sentimen harga saham BRIS ialah langkah Kementerian BUMN yang akhirnya mengumumkan proses merger tiga bank syariah BUMN yakni PT Bank Syariah Mandiri (BSM), BRIS, dan PT Bank BNI Syariah.
Dalam merger ini, Bank BRISyariah ditetapkan menjadi bank survivor atau entitas yang menerima penggabungan (surviving entity) dari merger tiga bank syariah BUMN.
Rencana penggabungan bank syariah BUMN ini sebetulnya dilempar ke publik oleh Menteri BUMN Erick Thohir pada 3 bulan lalu. Rencana ini diharapkan bisa rampung pada Februari 2021 nanti.
Analis Bahana Sekuritas, Muhammad Wafi, menilai momentum ini akan menjadi katalis positif bagi BRIS ke depan apalagi dengan tambahan aset dari dua bank syariah BUMN lainnya.
"Sebetulnya dengan BRIS jadi survivol akan lebih mudah karena berstatus terbuka, kalau BRIS yang hilang akan sulit proses karena perlu persetujuan pemegang saham publik dan lainnya," katanya dalam Closing Bell CNBC Indonesia TV, bersama Erwin Surya Brata, Selasa (13/10/2020).
Dia mengatakan dengan menjadi bank penerima merger, maka BRIS akan mendapatkan limpahan aset cukup besar dan ini menjadi potensi bagi BRIS ke depan.
"[Merger] ini sangat positif dari sisi aset, bisa dikatakan aset BRIS bukan yang terbesar tapi akan menerima aset cukup signifikan. Di sisi lain, dari sisi mature produk, produk-produk bank syariah bisa dikatakan lebih tahan krisis, dan lebih diuntungkan saat tren suku bunga rendah. Ini cukup banyak mendorong industri bank syariah menarik dalam 2 tahun terakhir."
Sebagai catatan, aset terbesar masih dimiliki BSM sebesar Rp 114,4 triliun pada Juni 2020 atau naik 13,26% dari periode sama tahun lalu.
Kemudian disusul BNI Syariah dengan aset Rp 50,78 triliun atau naik 17,8%, lalu BRISyariah naik 34,7% yoy menjadi Rp 49,6 triliun, dan aset Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Rp 31,09 triliun atau naik 6,5% yoy. Total aset keempatnya bisa mencapai Rp 245,87 triliun.
Ketua Tim Project Management Office (PMO) yang juga Plt Dirut PT Bank mandiri Tbk (BMRI) Hery Gunardi mengatakan dengan penggabungan itu, akan menciptakan bank syariah dengan aset mencapai Rp 390 triliun.
Kemudian target pembiayaan bisa menembus Rp 272 triliun, dan pendanaan sekitar Rp 335 triliun.
Hery menjelaskan dengan penggabungan ini bank tersebut bisa masuk 10 bank berdasarkan kapitalisasi pasar.
"Kalau selesai legal merger Q1 2021 memiliki aset Rp 220-225 triliun tentunya akan menempati nomor 7-8 perbankan top 10 di Indonesia jadi bagus dan besar," jelasnya.
Selain sentimen merger, kinerja BRIS juga positif. BRIS mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang impresif pada triwulan II-2020, sebesar 229,6% menjadi Rp117,2 miliar, dibandingkan triwulan II-2019.
Aset BRISyariah tercatat sebesar Rp 49,6 triliun, meningkat 34,75% dibandingkan triwulan II-2019.
Pertumbuhan ini di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan nasional maupun syariah. Tidak hanya mencatat pertumbuhan laba, pertumbuhan pembiayaan dan dana murah perseroan juga mengalami peningkatan yang signifikan.
Direktur Utama BRISyariah Ngatari menyampaikan hingga triwulan II 2020 BRISyariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 37,4 triliun, tumbuh mencapai 55,92% year-on-year (yoy).
"Peningkatan laba bersih BRISyariah di triwulan II 2020 didukung oleh optimalisasi fungsi intermediasi yang diikuti dengan pengendalian beban biaya dana," jelas Ngatari, Senin (24/8/2020).
Sementara itu kinerja AGRO terpengaruh di tengah pandemi ini. Laporan keuangan mencatat Bank Agroniaga mencatatkan laba bersih Rp 20 miliar, turun 74,5% dari periode yang sama semester I 2019 yakni Rp 78 miliar. Pendapatan bunga bersih turun 2,9% menjadi Rp 323 miliar dari sebelumnya Rp 333 miliar.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dahsyat! 5 Saham Ini Meroket Kemarin, Cuan Lagi Gak Hari Ini?
