Kebijakan Bank Sentral China Buat Dolar Australia Babak Belur

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 October 2020 14:27
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

arJakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa (13/10/2020), tertekan kebijakan bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang berusaha meredam penguatan mata uang yuan.

Pada pukul 12:33 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.563,42, dolar Australia melemah 0,16% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya pagi tadi, Mata Uang Kanguru ini bahkan sempat merosot 0,68% dan kemarin 0,41%.

PBoC pada Sabtu lalu mengumumkan pelonggaran kebijakan dalam mengambil posisi jual (short) yuan China yang mulai berlaku Senin kemarin. Hal itu dilakukan setelah kurs yuan menguat 6,6% melawan dolar AS sejak bulan Mei.

PBoC memangkas forex risk reserve ratio atau Giro Wajib Minimum (GWM) untuk kontrak forward di pasar valuta asing menjadi 0% dari sebelumnya 20%.
Perbankan yang akan mengambil posisi short kini tidak perlu GWM untuk mengambil posisi short kontrak forward yuan. Sebelumnya, perbankan di China perlu GWM sebesar 20% dari total nilai transaksi.

"Penghilangan GWM sebesar 20% membuat pelaku pasar bisa ikut mengambil posisi short yuan. Perubahan kebijakan tersebut terjadi setelah yuan mencapai rekor terkuat sejak April 2019," kata Kim Mundy, ahli strategi di Commonwealth Bank of Australia, sebagaimana dilansir poundsterlinglive, Senin (12/10/2020).

Dolar Australia dikatakan memiliki korelasi yang positif yang kuat dengan yuan China, sebab kedua negara merupakan mitra dagang utama. Outlook perekonomian China juga kerap dikaitkan dengan outlook Australia.

Dolar Australia juga tertekan akibat ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) pada bulan depan.
Pada Selasa pekan lalu, RBA mempertahankan suku bunga sebesar 0,25%. Namun, Gubernur RBA, Philip Lowe, memberikan sinyal akan ada pelonggaran moneter lagi ke depannya untuk memacu perekonomian yang merosot akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Ekonom yang disurvei Reuters memprediksi RBA akan memangkas suku bunga 15 basis poin menjadi 0,1% di bulan November.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular