Gara-gara China, Rupiah Jadi Melemah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 October 2020 09:13
ilustrasi uang
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Selain itu, investor juga menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) periode Oktober 2020. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 4%.

Adalah rupiah yang akan membuat MH Tharmrin ragu-ragu menurunkan suku bunga acuan. Mata uang Tanah Air memang cenderung menguat akhir-akhir ini. Namun itu terjadi setelah melalui kuartal III-2020 yang 'berdarah-darah'.

Selama Juli-September 2020, rupiah ambles 4,65% di hadapan dolar AS. Rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia.

Jika BI betul-betul mempertahankan suku bunga acuan, maka imbalan berinvestasi di Indonesia akan tetap terjaga, terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi.

Saat ini imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,899%. Inflasi domestik per September ada di 1,42% year-on-year/YoY. Artinya keuntungan riil berinvestasi di SBN 10 tahun adalah 5,479%.

Coba bandingkan dengan negara-negara dengan kelas yang sama (peers). Yield obligasi pemerintah India tenor 10 tahun adalah 5,899% dan inflasi September mencapai 7,43% YoY. Jadi keuntungan riil berinvestasi di instrumen ini adalah -1,531%, bukannya untung malah buntung.

Kemudian misalnya Turki. Yield surat utang pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk yang tenor 10 tahun adalah 13,31%, jauh lebih tinggi ketimbang Indonesia. Namun inflasi di sana mencapai 11,75% YoY per September 2020. Jadi keuntungan riil yang diterima investor hanya 1,56%, jauh di bawah Indonesia.

Daya tarik investasi Indonesia yang tinggi akan membuat arus modal asing tetap berdatangan, dan itu bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kalau BI menurunkan suku bunga, maka imbal hasil di Surat Berharga Negara (SBN) juga akan ikut turun sehingga kurang menarik dan investor pun menjaga jarak. Nasib rupiah bakal terancam.

Jadi kalau BI menahan suku bunga acuan, maka dampaknya akan positif terhadap rupiah. Akan tetapi bagi ekonomi yang sedang dilanda resesi, tentu ini bukan sebuah kabar gembira.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular