
Duh! Fitch Solutions Ramal Rupiah di Rp 15.000/US$ Akhir 2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.680/US$ pada perdagangan hari ini, Senin (12/10/2020), setelah mencatat pekan sempurna alias menguat 5 hari beruntun minggu lalu. Pada periode tersebut, rupiah membukukan penguatan 1,05%.
Meski demikian, kinerja rupiah diperkirakan akan negatif di sisa tahun ini. Dalam Asia Monthly Outlook edisi September 2020, Fitch Solutions memprediksi nilai tukar rupiah akan berada di level Rp 15.000/US$ di akhir tahun ini. Prediksi tersebut lebih lemah ketimbang outlook edisi Agustus di level Rp 14.400/US$.
Fitch Solutions juga memprediksi Bank Indonesia (BI) akan kembali memangkas suku bunga 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%. Pemangkasan tersebut bisa jadi yang akan membawa rupiah melemah ke Rp 15.000/US$.
Maklum saja, spekulasi pemangkasan suku bunga BI menjadi salah satu faktor yang menekan rupiah sejak pertengahan tahun lalu. Melansir data Refinitiv, rupiah mulai dalam tren pelemahan sejak 8 Juni lalu, saat itu rupiah berada di level Rp 13.850/US$, sementara pada hari ini di Rp 14.680/US$. Artinya selama periode tersebut rupiah melemah sekitar 6%.
Pada pertengahan Juli lalu, BI memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4%.
Total di tahun ini, BI sudah memangkas suku bunga sebanyak 4 kali dengan total 100 bps. Tidak hanya memangkas suku bunga, BI juga memberikan banyak stimulus moneter, tujuannya, guna memacu perekonomian yang nyungsep.
Penurunan suku bunga oleh BI menjadi salah satu penyebab melempemnya rupiah. Rupiah merupakan mata uang yang mengandalkan yield tinggi untuk menarik minat investor. Kala suku bunga dipangkas, yield tentunya juga akan menurun, sehingga rupiah menjadi kurang menarik.
Pelaku pasar berekspektasi BI masih akan memangkas suku bunga sekali lagi di sisa tahun ini, mengingat inflasi yang sangat rendah, sehingga memberikan ruang pemangkasan yang lebih besar.
Meski BI beberapa kali memberikan sinyal tidak akan memangkas suku bunga lagi, nyatanya ekspektasi di pasar masih tetap terjaga. Fitch Solutions masih konsisten dalam beberapa bulan terakhir memprediksi BI masih akan memangkas suku bunga lagi hingga menjadi 3,75%.
Selain itu Fitch Solutions melihat pemulihan ekonomi di Indonesia yang nyungsep akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) akan berjalan lambat akibat pasar tenaga kerja yang terpukul hebat.
Sepanjang tahun 2020, produk domestik bruto (PDB) diprediksi berkontraksi 1,3% dan di tahun 2021 tumbuh 3,3%. Dalam jangka menengah PBD Indonesia juga masih akan di bawah 5%.
Secara teknikal, risiko rupiah ke Rp 15.000/US$ memang masih cukup besar. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini berada di bawah US$ 14.730/US$, yang menjadi kunci pergerakan.
Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang terus menguat, tetapi jika balik lagi di atas level kunci, Mata Uang Garuda akan kembali melemah bahkan ada risiko hingga ke Rp 15.090/US$ yang merupakan Fib. Retracement 50%.
Indikator stochastic pada grafik harian kini mulai mendekati wilayah jenuh jual (oversold).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang jauh dari wilayah jenuh jual memberikan ruang penguatan yang lebih besar bagi rupiah.
Selain itu, penguatan rupiah juga terjadi setelah munculnya pola Double Top sejak Jumat (25/9/2020). Pola ini menjadi sinyal pembalikan arah, artinya rupiah memiliki peluang menguat. Namun, untuk menguat lebih jauh, rupiah perlu menembus dan mengakhiri perdagangan di bawah Neckline (garis lurus merah) Rp 14.640/US$.
Rerata pergerakan 50 Hari (Moving Average/MA 50), yang ditunjukkan dengan garis hijau juga berada di kisaran Neckline tersebut, sehingga menjadi support yang kuat.
Puncak Double Top berada di level Rp 14.950/US$, hingga ke Neckline Rp 14.640/US$, artinya ada jarak Rp 310. Sehingga Jika Rupiah berhasil melewati dan bertahan di bawah Neckline, rupiah memiliki peluang menguat Rp 310, yakni di Rp 14.330/US$ di sisa tahun ini.
Sementara itu, seperti yang disebutkan sebelumnya, jika kembali ke atas US$ 14.730/US$ dan tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.090/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
