
Berkat Bank Sentral China, Dolar Australia Turun ke Rp 10.605

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali melemah melawan rupiah hingga pertengahan perdagangan Senin (12/10/2020), setelah membukukan penguatan 3 hari beruntun.
Kebijakan bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang berupaya meredam penguatan yuan juga menyeret mata uang Negeri Kanguru.
Pada pukul 13:06 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.605,93, dolar Australia melemah 0,16% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara di awal perdagangan, dolar Australia melemah 0,51%.
PBoC pada Sabtu lalu mengumumkan pelonggaran kebijakan dalam mengambil posisi jual (short) yuan China yang mulai berlaku hari ini. Hal itu dilakukan setelah kurs yuan menguat 6,6% melawan dolar AS sejak bulan Mei.
PBoC memangkas forex risk reserve ratio untuk kontrak forward menjadi 0% dari sebelumnya 20%.
Perbankan yang akan mengambil posisi short kini tidak perlu "jaminan" untuk mengambil posisi short kontrak forward yuan. Sebelumnya, perbankan di China perlu memberikan "jaminan" sebesar 20% dari total nilai transaksi.
"Secara keseluruhan, kebijakan tersebut memberikan kita gambaran... mereka (PBoC) mencoba memberikan pesan jika mereka tidak senang dengan laju apresiasi yuan," kaya Rohit Gard, Direktur di Bank of Amerika Merril Lynch, sebagaimana dilansir CNBC International.
Kurs dolar Australia ikut terpukul dengan kebijakan tersebut, sebabnya pelemahan yuan tentunya membuat produk dari Australia menjadi lebih mahal, dan permintaan ekspor berisiko menurun.
China merupakan mitra dagang utama Australia, sehingga dinamika yang terjadi di Negeri Tiongkok turut mempengaruhi aset-aset Australia, termasuk dolarnya.
Alhasil, kurs dolar Australia yang menguat 3 hari beruntun melawan rupiah turun pada hari ini.
Rupiah sebenarnya juga punya "kuncian" untuk menguat lagi, yakni Undang-undang Cipta Kerja yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin sore pekan lalu. Sehari setelahnya rupiah langsung menguat 1,58% melawan dolar Australia.
Tetapi pengesahan UU Ciptaker memicu demonstrasi selama 3 hari di berbagai wilayah di dalam negeri, bahkan berakhir dengan kerusuhan pada Kamis pekan lalu. Hal tersebut membuat efek UU Ciptaker menjadi tidak terlihat, dan rupiah berbalik melemah 3 hari beruntun.
Kini dengan situasi dalam negeri yang sudah kondusif, rupiah perlahan kembali ke jalur penguatan. UU Ciptaker dianggap mampu mengubah iklim investasi di dalam negeri yang dapat menarik aliran modal masuk ke dalam negeri. Capital inflow tersebut tentunya akan menjadi tenaga bagi rupiah untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
