
Siap melesat Lagi, Berpegangan Tangan IHSG Menuju 5.100

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi I perdagangan awal pekan Senin (12/10/20) ditutup di zona hijau dengan menguat 0,75% ke level 5.091,64. Langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) direspons positif pelaku pasar.
Data perdagangan BEI mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 83 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 4 triliun.
Keputusan pemerintah provinsi DKI Jakarta yang mengakhiri penerapan PSBB lebih ketat menjadi pemicu melesatnya IHSG. Mulai hari ini, Jakarta kembali ke masa PSBB Transisi di mana 'keran' aktivitas masyarakat kembali dibuka secara bertahap.
Contoh, restoran, rumah makan, dan kafe kini sudah boleh menerima pengunjung untuk makan-minum di tempat (dine-in) dengan kapasitas maksimal 50%. Sementara taman rekreasi dan pariwisata boleh kembali buka dengan batasan pengunjung maksimal 25% dari kapasitas. Aktivitas dalam ruangan (indoor) dengan pengaturan tempat duduk, misalnya bioskop, sudah bisa dilakukan dengan kapasitas maksimal 25%.
Selanjutnya, Bank Indonesia (BI) akan mulai menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Oktober 2020. Suku bunga acuan akan diumumkan esok hari.
Konsensus sementara yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warijyo dan kolega masih akan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate 4%. Adalah rupiah yang akan membuat BI ragu-ragu menurunkan suku bunga acuan.
Mata uang Tanah Air memang cenderung menguat akhir-akhir ini. Namun itu terjadi setelah melalui kuartal III-2020 yang 'berdarah-darah'. Selama Juli-September 2020, rupiah ambles 4,65% di hadapan dolar AS. Rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah, dengan BB yang melebar maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terbatas atau sideways.
Untuk merubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.124. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.068.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 75, yang menunjukkan adanya indikator jenuh beli namun apabila momentum sedang kuat maka indikator RSI bisa bertahan di area jenuh beli dalam waktu yang lama.
Kuatnya momentum sendiri ditunjukkan oleh indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan indikator MACD di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk naik.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas atas, maka pergerakan selanjutnya cenderung bullish. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator MACD yang masih berada di wilayah positif.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000