Bursa Asia Hijau Termasuk IHSG, Cuma Nikkei yang Merah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
12 October 2020 11:17
Laju bursa saham domestik langsung tertekan dalam pada perdagangan hari ini, Kamis (10/9/2020) usai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan akan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai Senin pekan depan.

Sontak, investor di pasar saham bereaksi negatif. Indeks Harga Saham Gabungan anjlok lebih dari 4% ke level 4.920,61 poin. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih Rp 430,47 miliar sampai dengan pukul 10.18 WIB.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia mayoritas masih bergerak di zona hijau, kecuali indeks Nikkei. Bursa Asia menghijau karena optimisme investor setelah Gedung Putih kembali bersedia membahas paket stimulus dengan Capitol Hill.

Pada pukul 11:00 WIB, indeks Nikkei Jepang melemah 0,37%, Hang Seng di Hong Kong melesat 2,06%, disusul Shanghai China yang melonjak 2,27%, indeks STI Singapura yang naik 0,56% dan KOSPI dari Korea Selatan terapresiasi 0,49%.

Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pukul 11:00 WIB terpantau menguat 0,78% atau naik 39 poin ke level 5.093,02.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin bahkan sudah mengirimkan proposal terbaru pada Jumat siang waktu Washington.

Pemerintah AS kini sedang mengajukan paket stimulus bernilai US$ 1,8 triliun, naik ketimbang proposal sebelumnya yakni US$ 1,6 triliun. Pekan ini, Menkeu Mnuchin dan Ketua DPR AS Nancy Pelosi akan melanjutkan pembicaraan.

"Kami ingin berprasangka bahwa Ketua House punya itikad bak sehingga kita bisa mencapai kemajuan dalam waktu dekat," ujar Alyssa Farah, Juru Bicara Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, sepertinya pelaku pasar mulai mengambil posisi karena peluang kemenangan Joseph 'Joe' Biden dalam pemilihan presiden (pilpres) AS semakin besar.

Jajak pendapat yang digelar Reuters dan Ipsos per 6 Oktober menunjukkan, 44,2% calon pemilih akan memberikan suara bagi Biden jika pilpres dilakukan sekarang. Suara yang memilih Trump hanya 37,1%.

"Setiap kali angka polling untuk Biden naik, begitu pula investasi di pasar modal," ujar Robert Phipps, Direktur Per Stirling Capital yang berbasis di Texas, sebagaimana diwartakan Reuters.

Pelaku pasar melihat ada satu kebijakan Biden yang bakal mencolok dibandingkan Trump, yaitu dalam hal perdagangan. Saat Biden, kemungkinan, jadi presiden Negeri Adidaya, maka perang dagang dengan berbagai negara (terutama China) akan selesai.

Jadi satu risiko besar di perekonomian dunia, yaitu perang dagang, bisa dicoret dari daftar. Ekonomi pun bisa lebih stabil.

Pelaku pasar sepertinya sedang mengamati data ekonomi di AS, dimana pada pekan ini, AS sudah memasuki musim laporan keuangan (earnings seasons).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Kompak Hijau Royo-Royo, Hang Seng Paling Top

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular