Stimulus AS & Demo Buruh di Norway Bikin Harga Minyak Drop 1%

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 October 2020 08:31
Truk pengangkut truk melewati sumur minyak di Fort Berthold Indian Reservation di North Dakota, A.S., 1 November 2014. REUTERS / Andrew Cullen / File Photo
Foto: REUTERS/Andrew Cullen

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak yang diperdagangkan melemah pada awal pekan ini Senin (12/10/2020). Kedua kontrak minyak acuan global yakni Brent dan WTI terpangkas lebih dari 1%.

Pada 07.45 WIB, harga minyak berjangka Brent dibanderol di US$ 42,3/barel atau terpangkas 1,28%. Di saat yang sama, harga minyak berjangka acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) turun 1,26% ke US$ 40,09/barel.

Terlepas dari penurunan harga hari Jumat, kedua kontrak acuan tersebut naik sekitar 9% minggu ini, kenaikan pertama mereka dalam tiga minggu dan kenaikan mingguan terbesar untuk Brent sejak Juni.

Harga minyak naik di awal pekan karena kekhawatiran pemogokan di Norwegia dan badai menuju Pantai Teluk AS akan memangkas produksi minyak mentah.

Reuters melaporkan, perusahaan minyak Norwegia melakukan negosiasi upah dengan serikat pekerja pada hari Jumat sekaligus mengakhiri pemogokan 10 hari kerja  yang mengancam dan memangkas produksi minyak dan gas negara itu mendekati 25% minggu depan. 

Namun aksi mogok kerja sudah berakhir dan sekaligus menjadi faktor pemicu amblesnya harga minyak. "Salah satu faktor bullish yang telah mendukung harga jatuh di akhir hari ketika diumumkan bahwa Norwegia akan mengakhiri pemogokan mereka," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.

Poin yang juga membebani harga adalah perbedaan pandangan soal besaran stimulus antara pemerintah, Demokrat dan Republik. Trump mengusulkan nominalnya di angka US$ 1,8 triliun.

Sementara dari Partai Republik mengusulkan besaran stimulus tak boleh melebihi US$ 1,5 triliun. Di saat yang sama Demokrat tetap mengusulkan di angka US$ 2,2 triliun. Apabila stimulus tak segera disahkan dan didistribusikan, maka chance untuk mendongkrak lagi perekonomian sekaligus permintaan minyak jadi kurang efektif.

Reuters melaporkan ke depan, JP Morgan mengatakan bahwa prospek permintaan minyak global yang memburuk karena potensi kenaikan kasus virus corona musim dingin ini, kemungkinan akan mendorong Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk membalikkan rencana pelonggaran pemotongan minyak pada tahun 2021, dengan Arab Saudi menawarkan pemotongan lebih dalam di bawah kuota saat ini. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Turut Terguncang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular