Sentimen Penggerak Pasar

Anies Kurangi Rem Darurat, IHSG Siap Melesat Besok?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
11 October 2020 20:15
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia  Anjlok
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC IndonesiaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 2,58% sepanjang pekan ini ke 5053,66. Dalam 5 hari perdagangan, IHSG terus catatkan reli kenaikan. Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (9/10/2020), Investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 89,53 miliar.



Sepanjang pekan ini, sentimen di dalam negeri sentimen yang datang terkait dari pengesahaan UU Ciptaker pada Senin (5/10/2020) lalu.

Beragam pihak merespons positif UU Ciptaker yang diharapkan bisa mengerek investasi dan menciptakan lapangan kerja baru ini. Namun, juga tak sedikit yang meragukan, karena hak-hak buruh yang tercabut serta situasi pandemi Covid-19 di tanah air yang masih belum terkendali.

Karena UU Ciptaker ini menuai kontra di kalangan para buruh dan mahasiswa, akhirnya mereka melakukan aksi unjuk rasa karena dinilai UU ini dinilai tidak berpihak kepada masyarakat kalangan kecil, terutama para buruh.

Namun, aksi unjuk rasa di ibu kota yang sebelumnya damai, pada Kamis (8/10/2020) sore malah menjadi ricuh. Beberapa fasilitas umum seperti halte Transjakarta, pos polisi, hingga bioskop dirusak hingga dibakar oleh massa provokator aksi.

Selain dari pro-kontra UU Ciptaker, sentimen dalam negeri lainnya yang mempengaruhi pergerakan SBN adalah dari data ekonomi yang dirilis selama pekan ini, di antaranya data indeks keyakinan konsumen (IKK) dan data cadangan devisa (cadev).

Indeks keyakinan konsumen (IKK) Indonesia pada September 2020 tercatat di angka 83,4, atau turun 3,5 poin dari Agustus 2020 sebesar 86,9.
Penurunan IKK menandakan bahwa daya beli masyarakat masih cukup rendah, karena pandemi Covid-19 yang masih belum pasti kapan berakhirnya.

Data ekonomi lainnya, yakni cadangan devisa (cadev). Tercatat cadev Indonesia pada September 2020 turun 1,85 poin menjadi US$135,15, dari Agustus sebesar US$ 137.



Sementara itu, sentimen global sepanjang pekan ini adalah pernyataan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang menyatakan akan menjajaki pemberian stimulus lanjutan di tengah masih berlangsungnya negosiasi stimulus fiskal pemerintah AS.

Drew Hammill, Wakil Kepala Staf Nancy Pelosi, mengirim cuitan di akun Twitter-nya, menyebutkan bahwa Ketua DPR dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin telah berbicara selama 40 menit, dengan berfokus menentukan apakah ada prospek kesepakatan soal stimulus.

Kabar itu mengafirmasi arah positif pembicaraan, sebagaimana yang dikatakan Presiden AS Donald Trump dalam wawancara dengan Fox News pada Kamis pagi. Dia mengatakan bahwa pihaknya dan Partai Demokrat telah memulai kembali "pembicaraan yang sangat produktif."

Di dalam negeri, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di Jakarta dapat menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia.

Pada hari ini, Minggu (11/10/2020), Pemprov DKI Jakarta telah memutuskan mengurangi kebijakan rem darurat secara bertahap dan memasuki PSBB Masa Transisi dengan ketentuan baru selama dua pekan ke depan, mulai tanggal 12-25 Oktober 2020.

Hal itu dilakukan berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi DKI Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan mengklaim keputusan ini didasarkan pada beberapa indikator, yaitu laporan kasus harian, kasus kematian harian, tren kasus aktif, dan tingkat keterisian RS Rujukan Covid-19.

"Yang terjadi selama satu bulan ini adalah kebijakan emergency brake (rem darurat) karena sempat terjadi peningkatan kasus secara tidak terkendali yang tidak diharapkan. Setelah stabil, kita mulai mengurangi rem tersebut secara perlahan, secara bertahap. Kami perlu tegaskan bahwa kedisiplinan harus tetap tinggi sehingga mata rantai penularan tetap terkendali dan kita tidak harus melakukan emergency brake kembali," terang Anies, pada Minggu (11/10/2020).



Hal senada disampaikan oleh Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Minggu (11/10/2020). Ia memperkirakan pelonggaran PSBB di ibu kota akan berdampak positif kepada IHSG. "Iya positif," ujarnya.

Menurut Hans Kwee, dunia termasuk Indonesia masih menghadapi peningkatan kasus Covid-19. Beberapa negara menghadapi ancaman gelombang kedua menjelang musim dingin.

"Pasar mencerna dengan seksama perkembangan politik di Amerika Serikat. Beberapa sektor akan positif akibat dampak Omnibus Law. IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 5,001 sampai 4,881 dan resistance di level 5,099 sampai 5,187," ujarnya lagi.

Dia melanjutkan, aksi penolakan Omnibus Law UU Cipta Lapangan Kerja yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat biarpun berlangsung anarkis tidak membuat pelaku pasar panik. Ia bahkan menyebut pasar saham tetap positif karena biasa demo berlangsung pendek dan tidak punya pengaruh besar pada perekonomian.

"Tetapi di tengah pandemi Covid-19 aksi demo akan menyebabkan cluster baru penyebaran virus Covid-19. Kami perkirakan akan terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 satu minggu setelah demo yang terjadi. Pemerintah perlu bertindak tegas dengan menindak segala bentuk demo anarkis dan terjadi pelanggaran protokol kesehatan untuk menekan peningkatan kasus Covid-19," katanya.

Sentimen pekan depan dari global yang pertama adalah terkait negosiasi stimulus fiskal di AS untuk mengatasi Covid-19 yang akan terus berlanjut pada pekan ini. Meskipun peluang tercapai kesepakatannya kecil, tetapi kemajuan perundingan menjadi sentimen positif bagi pasar.

Selain itu, pelaku pasar mulai mengantisipasi peluang kemungkinan kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden pada pemilihan presiden 3 November 2020. Ini setelah debat yang brutal sebelumnya berhasil menaikan keunggulan Biden atas Trump dalam beberapa jajak pendapat nasional di Amerika Serikat.

Kemenangan Biden dan Demokrat akan membuka peluang stimulus fiskal yang lebih besar sehingga mempercepat pemulihan ekonomi negatif tersebut.

Sedangkan agenda data ekonomi yang akan dirilis pekan depan adalah data neraca perdagangan China yang rencananya akan dirilis pada Selasa (14/10/2020) mendatang. Adapun konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia berada di angka US$ 59,98.

Pasar juga sedang menanti beberapa kebijakan suku bunga bank sentral di berbagai negara. Pada pekan depan, bank sentral yang akan menentukan kebijakannya diantaranya bank sentral Korea Selatan dan pidato dari bank sentral eropa (Europe Central Bank/ECB).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jakarta PSBB Penuh, Panic Selling Hantam Sektor Perbankan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular