
Bursa Saham Asia Mayoritas Merah, China Paling Parah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa sahamĀ Asia pada perdagangan akhir pekan (9/10/2020) ditutup bervariatif, mayoritas melemah, di tengah minimnya sentimen dari global.
Tercatat indeks Nikkei Jepang melemah 0,12%, indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,31%, indeks Shanghai China melesat 1,68% dan indeks STI Singapura terdepresiasi 0,40%.
Sedangkan indeks KOSPI dari Korea Selatan, hari ini ditutup karena libur nasional hari Hangul, hari abjad Korea.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,29% di level 5.053,66 pada hari ini.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 91 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 5,4 triliun. Terpantau 224 saham naik, 196 turun, sisanya 165 stagnan.
Di kawasan Asia hari ini, data ekonomi yang dirilis adalah data Purchasing Managers' Index (PMI) Jasa China versi Caixin pada September 2020. Tercatat PMI jasa Negara Tirai Bambu tersebut berada di angka 54,8 atau naik 0,8 poin dari Agustus sebesar 54.
Sedangkan PMI gabungan China pada September 2020 turun 0,6 poin menjadi 54,5 dari sebelumnya, Agustus di angka 55,1.
Indeks PMI memakai tolak ukur angka 50. Jika di bawah itu, maka diartikan terjadi kontraksi dan sebaliknya jika di atas itu berarti ada ekspansi.
Bursa saham Asia ditutup beragam merespons kabar dari stimulus di Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump dalam wawancara dengan Fox pada Kamis pagi mengatakan bahwa pihaknya dan Partai Demokrat telah memulai "pembicaraan yang sangat produktif."
Di sisi lain, Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan bahwa tidak akan ada stimulus "ketengan", yang dikeluarkan khusus untuk membantu industri penerbangan.
Artinya, pembicaraan kedua pihak yang berseteru di Kongres tersebut masih berfokus pada stimulus miliaran dolar yang sempat dihentikan pembicaraannya oleh Trump.
"Meski ada ketidakpastian saat ini mengenai negosiasi stimulus fiskal, siapapun yang memenangi pemilihan presiden (pilpres), kita bakal mendapatkan stimulus tambahan," tutur Nancy Davis, Manajer Portofolio Quadratic Capital, sebagaimana dikutip CNBC International.
Di tengah negosiasi stimulus yang maju-mundur, data mingguan klaim pengangguran menunjukkan angka 840.000 atau lebih buruk dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan pengajuan klaim oleh mereka yang baru menganggur bakal mencapai 825.000. Pekan sebelumnya, klaim pengangguran mencapai 837.000.
Namun demikian, risiko virus corona (Covid-19) masih membayang. Demikian juga risiko lambatnya pemulihan ekonomi.
Data Worldometers menyebutkan angka penderita Covid-19 di seluruh dunia telah mencapai lebih dari 36 juta orang. Di AS, sebanyak 7,7 juta orang teridentifikasi positif Covid-19, dengan lebih dari 216 ribu orang meninggal dunia, sementara yang sembuh nyaris 5 juta orang.
Di Eropa, ekonomi Inggris tumbuh 2,1% pada Agustus (month-to-month/MtM), sebagaimana dilaporkan Kantor Statistik Nasional (Office for National Statistics), atau di bawah ekspektasi analis yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street 'Girang', Bursa Asia Hijau! Shanghai Melesat
