UU Ciptaker Jokowi Bikin Rupiah Catatkan Pekan Sempurna!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 October 2020 16:30
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (9/10/2020). Dengan demikian, rupiah sukses membukukan pekan yang sempurna dengan penguatan 5 hari beruntun.

Pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mengesahkan Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker), serta dolar AS yang sedang lesu menjadi pemicu penguatan rupiah di pekan ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,17% di Rp 14.660/US$, setelahnya sempat berbalik melemah 0,17% ke Rp 14.710/US$. Setelahnya rupiah kembali menguat 0,07% di Rp 14.675/US$ dan bertahan hingga penutupan perdagangan.

Dengan demikian, sepanjang pekan ini rupiah membukukan 1,05%.

Mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 15:07 WIB, yuan China yang baru berlaga setelah libur panjang memimpin penguatan sebesar 1,19%. Sementara rupiah meski menguat tetapi berada di posisi paling buncit.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia. 

UU Ciptaker yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Senin sore lalu disambut baik oleh pelaku pasar dalam dan luar negeri karena dianggap bisa memperbaiki iklim investasi di dalam negeri. Rupiah langsung membukukan penguatan 0,54% di hari Selasa.

Saat iklim investasi membaik, maka aliran modal akan masuk ke dalam negeri, yang tentunya akan mendongkrak penguatan rupiah.

Namun, di sisi lain UU Cipta Kerja memicu penolakan yang masif. Buruh melakukan demo dan mogok kerja besar dalam 3 hari hingga Kamis kemarin. Demonstrasi berbagai elemen masyarakat kemarin bahkan memicu kerusuhan di beberapa wilayah.

Hal tersebut membebani rupiah, sehingga membukukan penguatan tipis-tipis melawan dolar AS dalam dalam 3 hari terakhir. Sementara melawan mata uang lainnya, rupiah KO.

Hal tersebut menunjukkan dolar AS memang sedang lesu di pekan ini.

Dolar AS sedang lesu, tarik ulur pembahasan stimulus fiskal tidak bisa membantu kinerja the greenback. Dolar AS dalam situasi "maju kena, mundur kena" menghadapi stimulus fiskal.

Presiden AS, Donald Trump, pada Selasa waktu setempat meminta perundingan stimulus senilai US$ 2,2 triliun dihentikan hingga pemilihan presiden 3 November mendatang.

"Saya menginstruksikan perwakilan untuk berhenti bernegosiasi sampai setelah pemilihan presiden," tulisnya di Twitter pribadinya @realDonaldTrump, Selasa (6/10/2020) sore waktu setempat.

Dolar AS sempat menguat merespon hal tersebut. Tetapi, tanpa stimulus fiskal pemulihan ekonomi AS akan terancam, dan malah akan tertinggal dari negara-negara lainnya baik di Eropa maupun Asia. Alhasil, dolar AS kembali tertekan.

Terbaru, Presiden Trump berubah sikap terhadap stimulus fiskal, kini mendesak Kongres menyetujui program stimulus senilai US$ 1.200 untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga AS, kemudian US$ 25 miliar untuk industri penerbangan, dan US$ 135 miliar pinjaman untuk usaha kecil.

Berubahnya sikap Trump tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, bursa saham AS melesat naik dalam 2 hari terakhir, yang mengindikasikan sentimen pelaku pasar membaik dan bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah pada perdagangan hari ini.

Kala sentimen pelaku pasar membaik, dolar AS yang merupakan aset safe haven menjadi tidak menarik. Selain itu, jika stimulus fiskal cair, maka jumlah uang yang beredar akan bertambah di perekonomian, nilai dolar AS pun akan melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular