
Kabar Baik Bertubi-tubi, Kurs Dolar Australia Naik Nyaris 1%

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (9/10/2020) melanjutkan penguatan 2 hari sebelumnya. Kabar baik datang beruntun dari Australia yang membuat mata uangnya perkasa, sementara serangkaian data ekonomi dari dalam negeri cukup membebani rupiah di pekan ini.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 13:27 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.546,14, dolar Australia menguat 0,22% di pasar spot. Dalam 2 hari sebelumnya, Mata Uang Kanguru menguat 0,36% dan 0,34%. Sehingga dalam 3 hari terkahir dolar Australia menguat nyaris 1%.
Pada Selasa (6/10/2020), bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/ RBA) dalam rapat kebijakan moneter mempertahankan suku bunga sebesar 0,25%.
Keputusan tersebut menjadi sentimen positif bagi dolar Australia, sebab sebelumnya banyak analis yang memprediksi RBA akan memangkas suku bunganya di bulan ini.
RBA sendiri memberikan sinyal akan ada pelonggaran moneter lagi ke depannya untuk memacu perekonomian yang merosot akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Ekonom yang disurvei Reuters memprediksi RBA akan memangkas suku bunga 15 basis poin menjadi 0,1% pada bulan depan.
Sementara pada hari ini, dalam Laporan Stabilitas Finansial RBA mengatakan sistem perbankan Australia cukup kuat menahan kontraksi ekonomi dan mendukung pemulihan meski risiko yang dihadapi perekonomian meningkat.
Laporan tersebut membuat dolar Australia kembali melaju naik.
Sebaliknya dari dalam negeri, rilis data dari Bank Indonesia (BI) sepanjang pekan ini kurang menggembirakan.
Pada hari Selasa (6/10/2020) BI melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode September 2020 sebesar 83,4. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 86,9.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 100, maka artinya konsumen punya persepsi yang pesimistis menghadapi samudera ekonomi saat ini dan beberapa bulan mendatang.
Kali terakhir IKK berada di atas 100 adalah pada Maret 2020 dan pada April 2020 sempat berada di titik terendah sejak 2005. Selepas itu IKK mulai membaik dengan kenaikan selama tiga bulan beruntun. Namun pada September 2020 laju kenaikan itu terhenti, IKK kembali terkoreksi.
Sehari setelahnya, BI melaporkan cadangan devisa per akhir bulan lalu sebesar US$ 135,2 miliar. Anjlok dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US$ 137 miliar yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.
Penurunan cadangan devisa pada September 2020, lanjut keterangan BI, antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Terakhir Kamis kemarin BI merilis data penjualan ritel yang dicerminkan dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Agustus 2020 tumbuh negatif 9,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), meski membaik dibandingkan Juli 2020 yang terkontraksi 12,3% YoY. Pada September 2020, BI memperkirakan IPR masih mengalami kontraksi 7,3% YoY.
Serangkaian data tersebut cukup membebani pergerakan rupiah di pekan ini.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
