
Angin Segar dari AS, Bursa Asia Ditutup Hijau! Nikkei Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia pada Rabu (7/10/2020) mayoritas ditutup di zona hijau, kecuali indeks Hang Seng Hong Kong yang ditutup melemah pada hari ini, Kamis (8/10/2020).
Tercatat indeks Nikkei Jepang melesat 0,96%, indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 0,20%, indeks STI Singapura naik 0,19% dan KOSPI di Korea Selatan terapresiasi 0,21%.
Sedangkan indeks Shanghai China masih libur memperingati hari mid autumn festival yang berakhir hari ini.
Di Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan hari ini menguat 0,70% di level 5.039,14.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 61 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 6,4 triliun. Terpantau 257 saham naik, 179 turun, sisanya 165 stagnan.
Bursa saham Asia merespons dengan positif pascapembacaan notulen rapat Federal Open Market Committee (FOMC) oleh Federal Reserve (The Fed) pada hari ini, di mana bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut berencana memberikan stimulus.
Dalam rapat yang digelar pada pertengahan September lalu, Ketua The Fed Jerome Powell mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan 0,25%, dan akan dipertahankan hingga akhir 2023.
Selain itu, bank sentral paling powerful di dunia ini juga mempertahankan nilai pembelian aset (quantitive easing/QE) tetap sebesar US$ 120 miliar per bulan.
Tetapi untuk diketahui, The Fed sebelumnya mengatakan akan menggelontorkan QE seberapa pun diperlukan guna memacu perekonomian AS yang nyungsep akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Dalam notula yang dirilis dini hari tadi, beberapa anggota FOMC mulai membuka diskusi mengenai kemungkinan penambahan nilai QE per bulan, tetapi para anggota lainnya mengatakan diskusi tersebut lebih baik dilakukan pada "rapat kebijakan moneter berikutnya".
Artinya, The Fed masih punya "senjata" guna memacu perekonomian AS, yakni dengan penambahan nilai QE.
Kemudian dari pasar tenaga kerja, tingkat pengangguran sudah terus menunjukkan penurunan, di bulan September tercatat sebesar 7,9%, turun jauh dari rekor 14,7% di bulan April lalu.
Meski demikian, sekali lagi ketidakpastian masih tinggi, sehingga perekonomian AS masih perlu bantuan stimulus.
Sentimen pasar juga terangkat berkat pernyataan Eli Lilly and Company yang mengatakan tengah meminta persetujuan Food and Drug Administration (FDA), untuk meloloskan produk obat Corona.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Kompak Hijau Royo-Royo, Hang Seng Paling Top
